.

Senin, 21 April 2014

[FANFICTION] NEVER GROW UP




‘Never Grow Up’

Author : Pabo Namja
Cast : Byun BaekHyun, Kim JoonMyeon, Kim TaeYeon
Type : One Shoot
Genre : Family
Inspired from Taylor Swift Song ‘Never Grow Up‘
**

Suara tangis kecil, memecah setiap peluh yang membanjiri seluruh tubuhku. Mendengar suara kecil itu membuatku menghembuskan nafas lega.

“Selamat bayi anda laki – laki” ucap dokter yang dua jam terkahir ini membantuku, bukan tapi membantunya untuk melihat dunia.

“Sayang,, lihat.. buah hati kita,”

JoonMyeon mendekat dengan tubuh kecil dalam dekapannya.

“ah.. lihat, matanya mirip denganmu TaeYeon-ah…”

“Oppa…. aku ingin memeluknya..” ucapku.

JoonMyeon dengan sangat hati – hati memberikan bayi mungil itu dalam dekapanku.

Dia memiliki warna kulit putih bersih, tidak salah lagi baik aku ataupun JoonMyeon memiliki kulit terlalu putih. Matanya, JoonMyeon berkata matanya mirip denganku tapi, aku fikir kedua pasang mata kecil ini lebih mirip dengan miliknya.

Kulihat dia menggeliat pelan, bibir merah kecilnya terlihat mengecap beberapa kali. Matanya yang masih utuh terpejam terlihat berkedut sebelum suara tangis kecil kembali terdengar.

“Memberi ASI pasca melahirkan itu yang terbaik untuk ibu dan sang bayi,” ucap Dokter yang menghampiri kami dan tersenyum. “Nampaknya dia kehausan..”

Aku tersenyum.

Menyusui?.

Aku resmi menjadi ibu.

“cha~ Kim TaeYeon, ini akan menjadi tombak awal jabatan barumu sebagai seorang ibu.. memberi ASI minuman pertama yang bayi kita butuhkan.”

JoonMyeon mengelus pelan rambutku sambil tersenyum. Dia benar, ini awal dari segalanya awal dari lembar baru hidupku sebagai seorang ibu.

Entah ini terlalu senang atau aku sedih, tapi tanpa terasa air mata ini mengalir saat bibir kecil itu mengecap dalam terpejam setiap ASI yang mengalir di tenggorokannya.

“BaekHyun… kita namai anak beruntung ini BaekHyun, bagaimana?” ucap JoonMyeon yang terduduk disamping ranjang memperhatikan aku dan.. BaekHyun.

“Ne… BaekHyun Appa…” jawabku sambil mengusap butiran diujung mataku.

Panggil aku ibu, BaekHyun­-a….

***

Ruangan samping kamarku dan JoonMyeon bukan sebuah ruangan kosong lagi.

Warna biru pastel dengan wallpaper langit memberikan nuansa sangat nyaman untuk kamar ini. Sebuah kereta tidur lengkap dengan kelambu putih terletak ditengah ruangan itu.

Ya.. kamar yang dulu hanya sebuah ruangan kosong, kali ini menjadi ruangan yang paling sering aku dan JoonMyeon kunjungi. Kamar dengan tulisan ‘BaekHyun’ dengan balok warna – warni menggantung dipintu masuknya.

9 Bulan berlalu begitu cepat. Baik aku ataupun JoonMyeon sangat menikmati waktu 9 bulan terakhir ini.

Melihat pertumbuhan BaekHyun setiap harinya. Mata kecilnya yang mulai tajam menangkap bayangan ayah dan ibunya, helai rambut yang sedikitnya mulai tumbuh, berat badan yang menjadikannya bayi chuby membuat JoonMyeon gemas dengan dua pipi Bakpao BaekHyun bahkan suara tangisnya saja bisa membuat aku dan JoonMyeon tersenyum.

BaekHyun memberi nuansa baru dirumah ini.

“Eom..mmaa… ayo Baekki katakan,, Eomm….mmaa…”

Menemani BaekHyun bermain dengan benda – benda kesayangannya diruang tengah, menjadi hal menyenangkan disore hari sambil menunggu JoonMyeon pulang dan menyapa kami.

“Eom…mmaa… ayo..”

“Heung… eung… Mmmaaa…”

“Mmaa.. Mmmaaa MMAAA…”

“Geurae… Mmaa sudah cukup untuk hari ini..”

BaekHyun terus mengulang kalimat – kalimat ajaibnya ‘heung… Mmmaa mmaa.. aaakk~’. Aku sungguh menyukai hal itu, saat baekhyun mulai mengucapkan kalimat – kalimat yang hanya dia mengerti dengan bibirnya yang mulai basah dan tawa kecil.

Kebahagian itu memang sangat sederhana.

“Aku pulang…”

Suara kunci pintu dan suara nyaring terdengar dengan munculnya JoonMyeon. Menjadi sosok Ayah yang baik, aku tidak pernah menyangka JoonMyeon benar – benar menjadi sosok ayah yang mengaggumkan.

“BaekHyun-a…..”

JoonMyeon berlari menghampiriku dan BaekHyun. Dia membelai pelan rambutku dan memberi satu Ciuman sore hari sebelum tangan kokohnya memeluk BaekHyun.

“jadi… hari ini apa yang jagoan ayah lakukan.. eum..”

“Aaapp..ppaa…. Ppaa.. ppa….”

Aku terdiam.

JoonMyeon mengerjap beberapa kali dan memandangku dalam diam.

“Apa barusan Baekhyun mengucapkan ‘Appa’?” tanya JoonMyeon.

Aku berdiri menghampiri mereka berdua.

“Baeki-ya ayo katakan lagi…”

“Ahhh… uri BaekHyunie sudah bisa memanggil appa….”

Kata pertama yang BaekHyun ucapkan.

‘Appa’

Meski setelah itu dia kembali dengan rentetan kalimat ajaibnya, aku dan JoonMyeon tidak akan pernah melupakan moment ini.

Kalimat pertama BaekHyun.

***

“Eomma… boleh Baeki bawa ini..”

Aku menoleh dan mendapati BaekHyun mengacungkan mainan robot Iron Man kesayangan miliknya.

“Anio… ” jawabku kembali sibuk mencari dasi JoonMyeon.

Kulihat BaekHyun kembali berlari kecil menuju suatu tempat yang aku yakin ketempat dimana dia menyimpan semua harta karunya.

Beberapa menit kemudian BaekHyun kembali berdiri diambang pintu kamar saat aku memasangkan dasi JoonMyeon.

“Eomma Baeki boleh membawa dia…” ucap BaekHyun penasaran. Kali ini sungguh membuatku dan JoonMyeon terkejut.

Bukan robot Iron Man, bukan pedang laser bukan juga topeng baja hitamnya, tapi yang dia bawa kali ini adalah seekor anak ayam.

Anak ayam peliharaan JoonMyeon.

JoonMyeon tertawa dan dia menghampiri BaekHyun yang masih dengan mata penasaran memandang kami.

“Baekkii­-ya… ini hari pertamamu sekolah, bukan harimu berekreasi.” JoonMyeon mengacak rambut hitam BaekHyun dan mengambil benda kuning kecil dalam genggaman BaekHyun.

Ya.. JoonMyeon sangat menjaga benda – benda kuning itu.

“Apa yang harus Baeki bawa eomma…” tanyanya dengan wajah cemberut.

BaekHyun masi terus memandangi kepergiaan JoonMyeon yang tengah mengembalikan anak ayam miliknya.

Jangan katakan BaekHyun dan JoonMyeon kelak memiliki hobi yang sama, memelihara hewan yang tidak sewajarnya.

Aku menghampiri BaekHyun dan meraihnya dalam gendongan.

Berbeda.

Berat badannya sungguh.

4 tahun yang lalu aku masih sangat mudah untuk menggendongya. Kali ini, dia sungguh sudah tumbuh menjadi jagoanku dan JoonMyeon. Hari ini bahkan BaekHyun sudah mulai bersekolah.

Masih dengan BaekHyun dalam gendonganku menuju ke kamarnya yang sudah berbeda dengan kamarnya 4 tahun yang lalu.

“Hari ini, hari pertama Baek sekolah, apa yang harus dibawa?” aku mendudukan Baekhyun di ranjang bentuk mobilnya.

Kulihat dia mengangguk antusias.

“Em…” ucapnya.

“Hadiah hari pertama Baeki sekolah….” Ucapku sambil menunjukan padanya, tas merah tua bergambar iron man.

“Woah…. Tas sekolahh…” ucapnya girang.

“Semua ini yang harus Baeki bawa kesekolah ” ucapku saat dia membuka isi tasnya dan mendapati seperangkat alat tulis didalamnya.

“Woahh Baeki punya buku dan pensil sendiri, apa disekolah akan belajar menulis seperti yang eomma ajarkan…” tanyanya saat dia memegang dua buku.

“Tentu,,” jawabku sambil menyentuh hidung kecilnya.

“tunggu eomma.. Baeki tulis nama Baekhi disini ya…” tunjuk Baekhyun pada lembar pertama bukunya.

“ehm… ini pensilmu..” kataku sambil memberikan pensil padanya.

Selanjutnya BaekHyun terlarut dengan kegiatan menulis namanya sendiri.

Waktu sangat cepat bukan, sekarang bahkan Baekhyun sudah bisa menulis namanya sendiri.

‘Kim BaekHyun’

JoonMyeon masuk dengan dasi yang sudah terpasang. Aku bahkan lupa aku tadi sedang memasangkan dasi untuknya.

“Kau sudah siap murid BaekHyun,, ayo kita berangkat sekolah…”

“SIAAAP………!!!! Ayo.. Appaa.. eommaa…”

Lihat, dia begitu bersemangat.

Hari pertama baekHyun sekolah.

***

“Seharusnya tim Wolf bisa masuk babak selanjutnya, ini menyebalkan.” BaekHyun dengan gusar berguling dikarpet berbulu.

Minggu sore seperti ini sangat menyenangkan disaat aku, JoonMyeon dan BaekHyun menghabiskan waktu luang di ruang tengah bercerita tentang semua hal.

Aku yang masih asik dengan mengupas apel mengalihkan perhatian pada BaekHyun.

“Kenapa?” tanyaku.

“Eomma,, aku bahkan sudah menyiapkan hati untuk melakukan tarian ceremony tapi Kim JongIn, bocah itu menghancurkannya.” Ucap BaekHyun sebal.

“JongIn, bukankah kalian dekat, kenapa kau begitu sebal. Apa yang terjadi pada JongIn?” Tanya JoonMyeon sambil menurunkan kacamata bacanya.

“Ya… yaa dia temanku yang paling bodoh.” Baekhyun mengambil sepotong apel dan melanjutkan ceritanya.

“Aku sudah memperingatkan dia untuk berhati – hati menjelang pertandingan, karena posisi dia sangat penting.” Satu potong apel kembali masuk dalam mulutnya. “Tapi skateboard sialan itu membuatnya tidak bisa bertanding..”

“Jaga ucapanmu,,” ucap JoonMyeon lembut.

“Sorry Dad…” jawab Baekhyun sambil tersenyum, malu.

“Kau teman yang jahat Baekkii…” ucapku.

“wae? Kenapa aku..” Tanya Baekhyun dengan matanya yang membulat.

“Temanmu sedang sakit tapi kau malah menyalahkannya. Ibu yakin, dibanding kau JongIn saat ini yang paling merasa bersalah…”

“hemh… entahlah… aku urus tentang JongIn nanti, yang pasti sekarang aku masih sebal…” jawab BaekHyun yang kembali menjatuhkan tubuhnya bergulung manja.

“Masih ada pertandingan selanjutnya kan…” ucap JoonMyeon.

“Masih sangat lamaa….” Jawab BaekHyun sambil mengerucutkan bibir tipisnya.

Baekhyun bocah yang beberapa tahun lalu selalu ingin membawa benda – benda aneh saat berangkat sekolah. Baekhyun, yang dulu senang sekali bermain dengan anak – anak ayam peliharaan JoonMyeon dihalaman belakang.

Kini Baekhyun remaja tengah duduk didepanku. Bukan membicarakan power ranger atau iron man, atau merengek karena tidak JoonMyeon izinkan bermain dengan benda – benda kuning kesayangannya. Tapi, Baekhyun badan yang mulai meninggi, Baekhyun yang tengah menggunakan seragam sepak bola dengan nomor punggung 4, Baekhyun yang tengah membicarakan teman – temannya, bukan ayam – ayam JoonMyeon lagi.

Baekhyun 14 tahun.

BaekHyun beranjak dewasa.

Bukan hanya aku dan JoonMyeon yang sekarang merasakan keberadaan BaekHyun, tapi juga teman – teman sekelilingnya. Bukan hanya padaku dan JoonMyeon saja sekarang Baekhyun bercerita, tapi juga pada mereka.

BaekHyun beranjak dewasa.

***

‘eomma… aku pulang. Bisakah eomma membuka kan pintu untuku.. hehehe’

Aku terperanjat saat membaca satu pesan baru.

“Kenapa?” Tanya JoonMyeon saat melihat reaksiku.

“Baekhyun pulang,” ucapku dengan mata berbinar.

Selanjutnya, aku dan JoonMyeon beranjak menuju pintu dan mendapati BaekHyun tengah berdiri dengan senyum dan tangan terbuka.

“adakah yang merindukan anak tampan ini..” ucapnya sambil tersenyum lebar.

“Baekii.. kenapa kau tidak memberi tahu kami kalau mau pulang..” tanyaku sambil memeluknya. Ah.. aku merindukannya. Sungguh.

“Kejutan… eomma dan appa terkejut bukan..” ucapnya.

“Anak jahil.. ” ucap JoonMyeon sambil memeluknya pelan.

Sudah berapa kali kukatakan, bahwa sang waktu bergulir terlalu cepat bukan?. Apa mereka iri melihat kebahagianku ini.

Seperti baru kemarin aku melahirkan bocah kecil mungil dengan mata yang masih tertutup rapat, sekarang dia berdiri dihadapnku dengan tinggi yang sudah jauh melampauiku. Dengan matanya yang hitam berbinar dan senyum manisnya.

BaekHyun…

Bukan lagi bayi kecil, bukan lagi anak kecil, bukan remaja nakal, yang sekarang berdiri didepanku, BaekHyun diawal umur 20-nya.

BaekHyun yang seorang mahasiswa yang mengharuskan dia mengambil kuliah jauh dari rumah dan membuat kita jarang bertemu.

“Eomma… aku ada satu cerita..” ucap Baekhyun saat kami tengah menonton TV usai makan malam.

“Apa,, katakan.”

Baekhyun mengambil handphonenya dan menunjukan satu foto padaku dan berganti pada JoonMyeon.

“Siapa dia,,” Tanya JoonMyeon.

Baekhyun kembali menyimpan ponsel disakunya, tersenyum sebentar sebelum kembali melanjutkan ceritanya.

“Namanya NamJoo… dia.. pacarku.”

Aku terdiam, JoonMyeon terdiam. Perlahan kami memandang BaekHyun dan tersenyum.

“Baekhyun-a… kau bahkan sudah punya pacar..” JoonMyeon antusias. “Bawa dia kemari, appa ingin mengenalnya..”

“Tentu,, nanti aku akan mengenalkannya pada eomma dan appa..”

“BaekHyun kita,, sekarang bahkan kau sudah memiliki perempuan selain eomma..” ucapku.

“aigoo eomma,, tentu. Anakmu yang tampan ini banyak yang menginginkan.” Ucapnya.

“Kau lebih mencintai dia apa eomma..” ucapku tiba – tiba.

Baik JoonMyeon atau Baekhyun, mereka terdiam. Apa pertanyaanku terlalu berlebihan?.

“hooho,, eomma… kau tetap wanita nomor satu dihidupku…” jawab Baekhyun.

Aku mengusap tangannya pelan.

“Eomma hanya bercanda… tentu saja kau membutuhkan sosok perempuan lain dalam hidupmu..”

Baekhyun dan perempuan baru dalam hidupnya.

Haruskah aku bersedih. Ini awal dari hal yang kutakutkan, saat dia menemukan pasangan hidupnya, menautkan hidup dengan pasangannya dan meninggalakan aku juga JoonMyeon.

Membayangkn semua itu, terbersit dalam fikiranku andai semuanya tidak beranjak berubah. Andai Baekhyun tetap menjadi anak kecil yang asik bermain dengan anak ayam di halaman belakang, dan aku juga JoonMyeon tetap menjadi pasangan muda yang selalu tersenyum melihat tingkah BaekHyun kecil.

Itu mustahil, Karena hidup terus berjalan.

Aku hanya satu berharap, meski suatu saat Baekhyun melanjutkan hidup barunya dengan seseorang dia tidak akan melupakan aku ataupun JoonMyeon.

“Saranghae eomma…” kurasakan Baekhyun berbisik pelan ditelingaku. “Aku baru mengucapkan kata cinta pada dua orang, pertama eomma kedua appa..” Ucap baekhyun sambil memandang kami.

“Tenanglah, aku masih tetap Baekhyun kecil kalian…”

Seberapa berubah semua keadaan. Aku tetap percaya cinta kami tidak akan berubah.

“Saranghae…” ucapku, untuk mereka berdua. Baekhyun kecilku dan JoonMyeon tampanku.


END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar