‘Never Grow Up’
Author : Pabo Namja
Cast : Byun BaekHyun, Kim JoonMyeon, Kim TaeYeon
Type : One Shoot
Genre : Family
Inspired
from Taylor Swift Song ‘Never Grow Up‘
**
Suara tangis kecil, memecah setiap peluh yang membanjiri seluruh
tubuhku. Mendengar suara kecil itu membuatku menghembuskan nafas lega.
“Selamat bayi anda laki – laki” ucap dokter yang dua jam
terkahir ini membantuku, bukan tapi membantunya untuk melihat dunia.
“Sayang,, lihat.. buah hati kita,”
JoonMyeon mendekat dengan tubuh kecil dalam dekapannya.
“ah.. lihat, matanya mirip denganmu TaeYeon-ah…”
“Oppa…. aku ingin memeluknya..” ucapku.
JoonMyeon dengan sangat hati – hati memberikan bayi mungil itu
dalam dekapanku.
Dia memiliki warna kulit putih bersih, tidak salah lagi baik aku
ataupun JoonMyeon memiliki kulit terlalu putih. Matanya, JoonMyeon berkata
matanya mirip denganku tapi, aku fikir kedua pasang mata kecil ini lebih mirip
dengan miliknya.
Kulihat dia menggeliat pelan, bibir merah kecilnya terlihat
mengecap beberapa kali. Matanya yang masih utuh terpejam terlihat berkedut
sebelum suara tangis kecil kembali terdengar.
“Memberi ASI pasca melahirkan itu yang terbaik untuk ibu dan
sang bayi,” ucap Dokter yang menghampiri kami dan tersenyum. “Nampaknya dia
kehausan..”
Aku tersenyum.
Menyusui?.
Aku resmi menjadi ibu.
“cha~ Kim TaeYeon, ini akan menjadi tombak awal jabatan barumu
sebagai seorang ibu.. memberi ASI minuman pertama yang bayi kita butuhkan.”
JoonMyeon mengelus pelan rambutku sambil tersenyum. Dia benar,
ini awal dari segalanya awal dari lembar baru hidupku sebagai seorang ibu.
Entah ini terlalu senang atau aku sedih, tapi tanpa terasa air
mata ini mengalir saat bibir kecil itu mengecap dalam terpejam setiap ASI yang
mengalir di tenggorokannya.
“BaekHyun… kita namai anak beruntung ini BaekHyun, bagaimana?”
ucap JoonMyeon yang terduduk disamping ranjang memperhatikan aku dan..
BaekHyun.
“Ne… BaekHyun Appa…” jawabku sambil mengusap butiran diujung
mataku.
Panggil aku ibu, BaekHyun-a….
***
Ruangan samping kamarku dan JoonMyeon bukan sebuah ruangan
kosong lagi.
Warna biru pastel dengan wallpaper langit memberikan nuansa
sangat nyaman untuk kamar ini. Sebuah kereta tidur lengkap dengan kelambu putih
terletak ditengah ruangan itu.
Ya.. kamar yang dulu hanya sebuah ruangan kosong, kali ini
menjadi ruangan yang paling sering aku dan JoonMyeon kunjungi. Kamar dengan
tulisan ‘BaekHyun’ dengan balok warna – warni menggantung dipintu masuknya.
9 Bulan berlalu begitu cepat. Baik aku ataupun JoonMyeon sangat
menikmati waktu 9 bulan terakhir ini.
Melihat pertumbuhan BaekHyun setiap harinya. Mata kecilnya yang
mulai tajam menangkap bayangan ayah dan ibunya, helai rambut yang sedikitnya
mulai tumbuh, berat badan yang menjadikannya bayi chuby membuat JoonMyeon gemas
dengan dua pipi Bakpao BaekHyun bahkan suara tangisnya saja bisa membuat aku
dan JoonMyeon tersenyum.
BaekHyun memberi nuansa baru dirumah ini.
“Eom..mmaa… ayo Baekki katakan,, Eomm….mmaa…”
Menemani BaekHyun bermain dengan benda – benda kesayangannya
diruang tengah, menjadi hal menyenangkan disore hari sambil menunggu JoonMyeon
pulang dan menyapa kami.
“Eom…mmaa… ayo..”
“Heung… eung… Mmmaaa…”
“Mmaa.. Mmmaaa MMAAA…”
“Geurae… Mmaa sudah cukup untuk hari ini..”
BaekHyun terus mengulang kalimat – kalimat ajaibnya ‘heung…
Mmmaa mmaa.. aaakk~’. Aku sungguh menyukai hal itu, saat baekhyun mulai
mengucapkan kalimat – kalimat yang hanya dia mengerti dengan bibirnya yang
mulai basah dan tawa kecil.
Kebahagian itu memang sangat sederhana.
“Aku pulang…”
Suara kunci pintu dan suara nyaring terdengar dengan munculnya
JoonMyeon. Menjadi sosok Ayah yang baik, aku tidak pernah menyangka JoonMyeon
benar – benar menjadi sosok ayah yang mengaggumkan.
“BaekHyun-a…..”
JoonMyeon berlari menghampiriku dan BaekHyun. Dia membelai pelan
rambutku dan memberi satu Ciuman sore hari sebelum tangan kokohnya memeluk
BaekHyun.
“jadi… hari ini apa yang jagoan ayah lakukan.. eum..”
“Aaapp..ppaa…. Ppaa.. ppa….”
Aku terdiam.
JoonMyeon mengerjap beberapa kali dan memandangku dalam diam.
“Apa barusan Baekhyun mengucapkan ‘Appa’?” tanya JoonMyeon.
Aku berdiri menghampiri mereka berdua.
“Baeki-ya ayo katakan lagi…”
“Ahhh… uri BaekHyunie sudah bisa memanggil appa….”
Kata pertama yang BaekHyun ucapkan.
‘Appa’
Meski setelah itu dia kembali dengan rentetan kalimat ajaibnya,
aku dan JoonMyeon tidak akan pernah melupakan moment ini.
Kalimat pertama BaekHyun.
***
“Eomma… boleh Baeki bawa ini..”
Aku menoleh dan mendapati BaekHyun mengacungkan mainan robot
Iron Man kesayangan miliknya.
“Anio… ” jawabku kembali sibuk mencari dasi JoonMyeon.
Kulihat BaekHyun kembali berlari kecil menuju suatu tempat yang
aku yakin ketempat dimana dia menyimpan semua harta karunya.
Beberapa menit kemudian BaekHyun kembali berdiri diambang pintu
kamar saat aku memasangkan dasi JoonMyeon.
“Eomma Baeki boleh membawa dia…” ucap BaekHyun penasaran. Kali
ini sungguh membuatku dan JoonMyeon terkejut.
Bukan robot Iron Man, bukan pedang laser bukan juga topeng baja
hitamnya, tapi yang dia bawa kali ini adalah seekor anak ayam.
Anak ayam peliharaan JoonMyeon.
JoonMyeon tertawa dan dia menghampiri BaekHyun yang masih dengan
mata penasaran memandang kami.
“Baekkii-ya… ini hari pertamamu sekolah, bukan harimu berekreasi.”
JoonMyeon mengacak rambut hitam BaekHyun dan mengambil benda kuning kecil dalam
genggaman BaekHyun.
Ya.. JoonMyeon sangat menjaga benda – benda kuning itu.
“Apa yang harus Baeki bawa eomma…” tanyanya dengan wajah
cemberut.
BaekHyun masi terus memandangi kepergiaan JoonMyeon yang tengah
mengembalikan anak ayam miliknya.
Jangan katakan BaekHyun dan JoonMyeon kelak memiliki hobi yang
sama, memelihara hewan yang tidak sewajarnya.
Aku menghampiri BaekHyun dan meraihnya dalam gendongan.
Berbeda.
Berat badannya sungguh.
4 tahun yang lalu aku masih sangat mudah untuk menggendongya.
Kali ini, dia sungguh sudah tumbuh menjadi jagoanku dan JoonMyeon. Hari ini
bahkan BaekHyun sudah mulai bersekolah.
Masih dengan BaekHyun dalam gendonganku menuju ke kamarnya yang
sudah berbeda dengan kamarnya 4 tahun yang lalu.
“Hari ini, hari pertama Baek sekolah, apa yang harus dibawa?”
aku mendudukan Baekhyun di ranjang bentuk mobilnya.
Kulihat dia mengangguk antusias.
“Em…” ucapnya.
“Hadiah hari pertama Baeki sekolah….” Ucapku sambil menunjukan
padanya, tas merah tua bergambar iron man.
“Woah…. Tas sekolahh…” ucapnya girang.
“Semua ini yang harus Baeki bawa kesekolah ” ucapku saat dia
membuka isi tasnya dan mendapati seperangkat alat tulis didalamnya.
“Woahh Baeki punya buku dan pensil sendiri, apa disekolah akan
belajar menulis seperti yang eomma ajarkan…” tanyanya saat dia memegang dua
buku.
“Tentu,,” jawabku sambil menyentuh hidung kecilnya.
“tunggu eomma.. Baeki tulis nama Baekhi disini ya…” tunjuk
Baekhyun pada lembar pertama bukunya.
“ehm… ini pensilmu..” kataku sambil memberikan pensil padanya.
Selanjutnya BaekHyun terlarut dengan kegiatan menulis namanya
sendiri.
Waktu sangat cepat bukan, sekarang bahkan Baekhyun sudah bisa
menulis namanya sendiri.
‘Kim BaekHyun’
JoonMyeon masuk dengan dasi yang sudah terpasang. Aku bahkan
lupa aku tadi sedang memasangkan dasi untuknya.
“Kau sudah siap murid BaekHyun,, ayo kita berangkat sekolah…”
“SIAAAP………!!!! Ayo.. Appaa.. eommaa…”
Lihat, dia begitu bersemangat.
Hari pertama baekHyun sekolah.
***
“Seharusnya tim Wolf bisa masuk babak selanjutnya, ini
menyebalkan.” BaekHyun dengan gusar berguling dikarpet berbulu.
Minggu sore seperti ini sangat menyenangkan disaat aku,
JoonMyeon dan BaekHyun menghabiskan waktu luang di ruang tengah bercerita
tentang semua hal.
Aku yang masih asik dengan mengupas apel mengalihkan perhatian
pada BaekHyun.
“Kenapa?” tanyaku.
“Eomma,, aku bahkan sudah menyiapkan hati untuk melakukan tarian
ceremony tapi Kim JongIn, bocah itu menghancurkannya.” Ucap BaekHyun sebal.
“JongIn, bukankah kalian dekat, kenapa kau begitu sebal. Apa
yang terjadi pada JongIn?” Tanya JoonMyeon sambil menurunkan kacamata bacanya.
“Ya… yaa dia temanku yang paling bodoh.” Baekhyun mengambil
sepotong apel dan melanjutkan ceritanya.
“Aku sudah memperingatkan dia untuk berhati – hati menjelang
pertandingan, karena posisi dia sangat penting.” Satu potong apel kembali masuk
dalam mulutnya. “Tapi skateboard sialan itu membuatnya tidak bisa bertanding..”
“Jaga ucapanmu,,” ucap JoonMyeon lembut.
“Sorry Dad…” jawab Baekhyun sambil tersenyum, malu.
“Kau teman yang jahat Baekkii…” ucapku.
“wae? Kenapa aku..” Tanya Baekhyun dengan matanya yang membulat.
“Temanmu sedang sakit tapi kau malah menyalahkannya. Ibu yakin,
dibanding kau JongIn saat ini yang paling merasa bersalah…”
“hemh… entahlah… aku urus tentang JongIn nanti, yang pasti
sekarang aku masih sebal…” jawab BaekHyun yang kembali menjatuhkan tubuhnya
bergulung manja.
“Masih ada pertandingan selanjutnya kan…” ucap JoonMyeon.
“Masih sangat lamaa….” Jawab BaekHyun sambil mengerucutkan bibir
tipisnya.
Baekhyun bocah yang beberapa tahun lalu selalu ingin membawa
benda – benda aneh saat berangkat sekolah. Baekhyun, yang dulu senang sekali
bermain dengan anak – anak ayam peliharaan JoonMyeon dihalaman belakang.
Kini Baekhyun remaja tengah duduk didepanku. Bukan membicarakan
power ranger atau iron man, atau merengek karena tidak JoonMyeon izinkan
bermain dengan benda – benda kuning kesayangannya. Tapi, Baekhyun badan yang
mulai meninggi, Baekhyun yang tengah menggunakan seragam sepak bola dengan
nomor punggung 4, Baekhyun yang tengah membicarakan teman – temannya, bukan
ayam – ayam JoonMyeon lagi.
Baekhyun 14 tahun.
BaekHyun beranjak dewasa.
Bukan hanya aku dan JoonMyeon yang sekarang merasakan keberadaan
BaekHyun, tapi juga teman – teman sekelilingnya. Bukan hanya padaku dan
JoonMyeon saja sekarang Baekhyun bercerita, tapi juga pada mereka.
BaekHyun beranjak dewasa.
***
‘eomma… aku pulang. Bisakah eomma membuka kan pintu untuku..
hehehe’
Aku terperanjat saat membaca satu pesan baru.
“Kenapa?” Tanya JoonMyeon saat melihat reaksiku.
“Baekhyun pulang,” ucapku dengan mata berbinar.
Selanjutnya, aku dan JoonMyeon beranjak menuju pintu dan
mendapati BaekHyun tengah berdiri dengan senyum dan tangan terbuka.
“adakah yang merindukan anak tampan ini..” ucapnya sambil
tersenyum lebar.
“Baekii.. kenapa kau tidak memberi tahu kami kalau mau pulang..”
tanyaku sambil memeluknya. Ah.. aku merindukannya. Sungguh.
“Kejutan… eomma dan appa terkejut bukan..” ucapnya.
“Anak jahil.. ” ucap JoonMyeon sambil memeluknya pelan.
Sudah berapa kali kukatakan, bahwa sang waktu bergulir terlalu
cepat bukan?. Apa mereka iri melihat kebahagianku ini.
Seperti baru kemarin aku melahirkan bocah kecil mungil dengan
mata yang masih tertutup rapat, sekarang dia berdiri dihadapnku dengan tinggi
yang sudah jauh melampauiku. Dengan matanya yang hitam berbinar dan senyum
manisnya.
BaekHyun…
Bukan lagi bayi kecil, bukan lagi anak kecil, bukan remaja
nakal, yang sekarang berdiri didepanku, BaekHyun diawal umur 20-nya.
BaekHyun yang seorang mahasiswa yang mengharuskan dia mengambil
kuliah jauh dari rumah dan membuat kita jarang bertemu.
“Eomma… aku ada satu cerita..” ucap Baekhyun saat kami tengah
menonton TV usai makan malam.
“Apa,, katakan.”
Baekhyun mengambil handphonenya dan menunjukan satu foto padaku
dan berganti pada JoonMyeon.
“Siapa dia,,” Tanya JoonMyeon.
Baekhyun kembali menyimpan ponsel disakunya, tersenyum sebentar
sebelum kembali melanjutkan ceritanya.
“Namanya NamJoo… dia.. pacarku.”
Aku terdiam, JoonMyeon terdiam. Perlahan kami memandang BaekHyun
dan tersenyum.
“Baekhyun-a… kau bahkan sudah punya pacar..” JoonMyeon antusias.
“Bawa dia kemari, appa ingin mengenalnya..”
“Tentu,, nanti aku akan mengenalkannya pada eomma dan appa..”
“BaekHyun kita,, sekarang bahkan kau sudah memiliki perempuan
selain eomma..” ucapku.
“aigoo eomma,, tentu. Anakmu yang tampan ini banyak yang
menginginkan.” Ucapnya.
“Kau lebih mencintai dia apa eomma..” ucapku tiba – tiba.
Baik JoonMyeon atau Baekhyun, mereka terdiam. Apa pertanyaanku
terlalu berlebihan?.
“hooho,, eomma… kau tetap wanita nomor satu dihidupku…” jawab
Baekhyun.
Aku mengusap tangannya pelan.
“Eomma hanya bercanda… tentu saja kau membutuhkan sosok
perempuan lain dalam hidupmu..”
Baekhyun dan perempuan baru dalam hidupnya.
Haruskah aku bersedih. Ini awal dari hal yang kutakutkan, saat
dia menemukan pasangan hidupnya, menautkan hidup dengan pasangannya dan
meninggalakan aku juga JoonMyeon.
Membayangkn semua itu, terbersit dalam fikiranku andai semuanya
tidak beranjak berubah. Andai Baekhyun tetap menjadi anak kecil yang asik
bermain dengan anak ayam di halaman belakang, dan aku juga JoonMyeon tetap
menjadi pasangan muda yang selalu tersenyum melihat tingkah BaekHyun kecil.
Itu mustahil, Karena hidup terus berjalan.
Aku hanya satu berharap, meski suatu saat Baekhyun melanjutkan
hidup barunya dengan seseorang dia tidak akan melupakan aku ataupun JoonMyeon.
“Saranghae eomma…” kurasakan Baekhyun berbisik pelan
ditelingaku. “Aku baru mengucapkan kata cinta pada dua orang, pertama eomma
kedua appa..” Ucap baekhyun sambil memandang kami.
“Tenanglah, aku masih tetap Baekhyun kecil kalian…”
Seberapa berubah semua keadaan. Aku tetap percaya cinta kami
tidak akan berubah.
“Saranghae…” ucapku, untuk mereka berdua. Baekhyun kecilku dan
JoonMyeon tampanku.
END.