Melody Of Love : “Way For Love”
Author : Pabo Namja
Cast : Park Chanyeol, Tiffany
Type : Oneshot
Genre : Romance
Inspired
from K.Will Song ‘A Girl Meet Love’
**
‘Aku harus tahu semua tentangmu, aku harus menjadi orang pertama
yang mengetahui semua tentangmu, karena itu yang kuinginkan darimu…‘
‘Cemburu, kau marah, kau
selalu menganggapku anak kecil, tapi terlepas dari itu aku mencintaimu.. kapan
kau akan menyadari?‘
“I know i’m a bad but, i can’t
let you go
Let me have your name, the
memories of you
Come into my heart please help
me
I come to you with love”
( A Girl Meets Love – K.Will)
***
“Noona bagaimana?”
tanya Chanyeol yang sedari tadi mematut bayangannya didepan cermin. Rambut
barunya yang dipotong pendek dengan warna coklat kayu membuat penampilan
sedikit berbeda, kaus putih yang padukan dengan varsity abu jeans hitam juga sepasang sneaker putih mampu membuat wanita manapun
terperangah dengan ketampanannya.
Seorang perempuan dengan hoodie ungu dan rambut ikal hitam panjang
yang sedari tadi berbaring dikasur dengan majalah dikedua tangannya, berbalik
saat menyadari Chanyeol memanggilnya. Perempuan bernama Tiffany yang Chanyeol
panggil Noona berdecak kagum. Kedua matanya
berbinar, segera dia turun dari tempat tidur dan menghampiri kedepan cermin
dimana Chanyeol berdiri.
“OMO…. Chanie,
kau sangat tampan,” ucap tiffany sambil mengacungkan kedua jempolnya.
“Jinja?” tanya Chanyeol meyakinkan.
“Ehm,,,” jawab tiffany sambil mengangguk kecil. “Ah,
tunggu,!” Tiffany menepuk bahu chanyeol pelan, kemudian dia beranjak kesudut
kamar dimana terletak laci kecil berwarna putih. Tiffany membuka laci bagian
kedua, mencari dengan seksama setelah kemudian dia mengeluarkan sebuah kaca
mata.
“Aku belum pernah melihat kau menggunakan ini sejak aku
memberikannya padamu Chanie..”
Tiffany memberikan kacamata yang dia temukan. Sebuah kaca mata
dengan frame leopard transparant. Kacamata yang Tiffany
beri dua bulan yang lalu saat ulang tahun chanyeol.
Chanyeol meraih kacamata itu kemudian menempatkan pada kedua
mata besarnya. “Bagaimana sekarang?” tanya Chanyeol lagi.
“Perfect..!!” jawab tiffany dengan senyum
“Ah…. Sulli pasti suka,” ucap Chanyeol. Dia berjalan menuju meja
samping tempat tidurnya, mengambil ponsel putih yang terletak diatasnya.
“siapa Sulli?” tanya Tiffany yang berada tepat dibelakang
Chanyeol, melirik apa yang lelaki jangkung itu lakukan dengan ponselnya.
Chanyeol memasukan ponsel kedalam kantung varsitynya, kemudian menatap
Tiffany dibelakangnya. “Aku rasa, aku pernah bercerita tentang dia padamu Noona…”
Tiffany menautkan kedua alisnya, mencoba menyelami memorinya
mencari tahu tentang seseorang bernama Sulli. “Ah… pemain keyboardbaru diband kalian,”
ucap tiffany saat mendapatkan ingatannya. “jadi kau memutuskan berkencan
dengannya?” tanya Tiffany yang masih mengikuti Chanyeol, yang kini beranjak
dari kamarnya.
“Aku berharap seperti itu,” jawab Chanyeol saat mereka menuruni
tangga rumah Chanyeol. “Tapi sayangnya tidak.” Lanjut Chanyeol. Dia melirik
ayahnya yang sedang menonton televisi diruang keluarga, kemudian dengan
perlahan dia mengambil kunci mobil ayahnya yang terletak dimeja sebelum
kemudian berlari.
Tiffany menggelengkan kepalanya pelan saat menyadari Chanyeol
meminjam mobil Ayahnya tanpa ijin terlebih dahulu. “Setidaknya kau bilang dulu
pada ayahmu,” ucap tiffany.
“Ayah tidak akan menginjinkan, kau mau sekalian ku antar pulangNoona…”
tanya Chanyeol.
Tiffany meninju bahu chanyeol pelan. “Rumahku hanya berjarak dua
rumah dari sini, kau mau pamer bisa mengendarai mobil. Hah?”
“kkkk~ arraseo..”
jawab Chanyeol dengan senyum lebarnya. “Aku pergi dulu noona, nanti malam aku main kerumahmu.”
“Ehm…” jawab tiffany sambil melambaikan tangannya.
Chanyeol dengan pelan mengeluarkan mobil putih itu dari pekarangan
rumahnya, setelah dirasa jauh dari pendengaran orang rumah dia memacu kecepatan
dan meninggalkan rumahnya dengan cepat.
“tsh~ anak
itu,” Tiffany melangkahkan kembali kakinya menuju rumah keluarga Park, menuju
dapur dan mendapati Ibu juga adik perempuan Chanyeol berada disana.
“Eommoni, Chaerin aku pulang dulu..” ucap
Tiffany.
“Eoh… tidak
tinggal dulu disini Fanny-ah…?” tanya ibu Chanyeol.
“Anio eommoni,,”
Setelah berpamitan dengan orang rumah Chanyeol, Tiffany beranjak
kepekarangan dan meraih sepeda pink miliknya.
Dia dan Chanyeol sudah seperti adik dan kakak. Perbedaan umur
dua tahun, membuat mereka merasa nyaman satu sama lain. Ditambah keluarga
mereka yang memang sudah akrab dari ayah mereka masih muda. Kekeluargaan
terbangun begitu saja. Rumah chanyeol sudah seperti rumah kedua tiffany, begitu
juga sebaliknya.
“Ah,,, aku lupa menanyakan tentang dia dan Sulli tadi,” ucap
Tiffany menepuk dahinya, saat dia sampai didepan rumahnya.
***
Tiffany baru selesai makan malam dengan keluarganya. Dan
sekarang disini tiffany. Duduk dibalkon rumah dengan hoodie pink yang menyelimutinya dari udara
dingin. Kedua tangannya sibuk denganhandphone, kedua mata hitamnya juga tidak
lepas berulang kali mengecek jam.
Sudah hampir jam setengah sembilan, tapi Chanyeol tidak juga
muncul. Tiffany punya satu sifat buruk, saat seseorang memberinya janji tapi
tidak ditepati, kemarahan akan menguasai dirinya tidak peduli dengan alasan
yang diucapkan Tiffany akan tetap menaruh amarah pada mereka.
Termasuk Chanyeol kali ini.
“tsh~ dia
sungguh menikmati kencannya eoh..”
ucap Tiffany. Satu tepukan mendarat dibahu fanny, membuatnya berbalik saat itu
juga dan mendapati lelaki jangkung dibelakangnya.
“Menunggu chanyeol?” tanya lelaki itu yang kali ini mengambil
duduk dikursi pelastik samping tiffany.
“Anio… untuk
apa menunggu bocah itu,” jawab Tiffany sambil kembali memainkan ponselnya.
“Lalu?” tanya lelaki itu lagi.
“Oppa…apa setiap aku duduk disini apa itu berarti
menunggu Chanyeol?” tanya tiffany pada lelaki yang duduk disampingnya.
“kalau begitu menunggu Kris?” tanyanya lagi.
“Terserah Oppa,”
tiffany memutar bola matanya dan beranjak masuk rumah. Ponsel Tiffany bergetar
satu pesan baru masuk.
ParkChan [08:35pm]
Noona mianhe, aku baru pulang beberap menit yang lalu.
Kekuatanku terkuras habis Noona, i wanna sleep, aku ceritakan semuanya besok.
Mian Noona, kalau kau sudah menungguku
Tiffany menyipitkan kedua matanya saat membaca deretan huruf
yang chanyeol kirim. Tiffany tahu, saat Chanyeol berkata ‘kekuatannya terkuras
habis’ itu menandakan dia dalam keadaan sangat bahagia dan ingin menghabiskan
moment itu seorang diri.
[08:40pm]
Siapa yang menunggumu? Aku juga baru saja pulang, aku
menghabiskan hari bersama Kris.
Tiffany melangkahkan kakinya menaiki tangga yang membawanya
kekamar serba pink miliknya. Tiffany meraih kenop
pintu dan memutarnya. Ponselnya kembali bergetar.
ParkChan [08:44pm]
Kau masih berhubungan dengan Kris? Noona kau lupa dengan apa
yang aku katakan?
Chanyeol dan Tiffany memiliki sejenis ikatan dalam diri mereka.
Chanyeol yang merasa semua hal yang berhubungan dengan tiffany adalah tanggung
jawabnya. Termasuk masalah laki – laki, dia selalu mencari tahu terlebih dahulu
tentang lelaki tersebut dan memutuskan apakah boleh berlanjut atau tidak hubungan
mereka. Dan dari sekian lama mereka bersama, kebanyakan Chanyeol tidak suka
dengan setiap lelaki yang mendekati tiffany.
Tiffany menanggap Chanyeol layaknya adik lelaki yang tidak
pernah dia miliki. Itu pemikirannya. Meski kebanyakan orang beranggapan sifat
tiffany lebih mirip seorang kekasih yang selalu menaruh curiga pada
pasangannya. Tiffany tidak suka setiap chanyeol mengurusi masalah pribadinya,
tapi Tiffany lebih tidak suka bila Chanyeol dekat dengan seorang wanita
melebihi dia dekat dengan Chanyeol.
Terlalu kentara memang.
[08:50pm]
Kau anak kecil. Tidak tau apa – apa. Nikmati kencanmu dengan
Sulli, dan aku dengan Kris. END
Tiffany menjatuhkan tubuhnya ditempat tidur pink miliknya. Kris?
Fikir Tiffany. Dia tahu Kris tidak sebaik yang matanya tangkap. Hanya saja, dia
tidak mau Chanyeol menangkapnya basah menunggu kedatangannya. Terdengar
menyedihkan.
Sepuluh menit berlalu, Tiffany kembali mengecek ponsel miliknya
tapi tidak ada balasan pesan dari Chanyeol. “Dia tidur begitu saja?” ucap Tiffany
sambil memutar kedua bola matanya.
“Heol~”
***
Chanyeol membaca pesan terkahir yang Tiffany kirim. Dia tahu
saat ini bukan waktu yang tepat untuk beradu argumen dengan Noona keras kepalanya ini. Apapun yang
Chanyeol katakan, Tiffany hanya akan menganggapnya sebagai angin lalu. Dimata
Tiffany, Chanyeol hanyalah bocah berumur lima tahun yang akan menangis saat dia
ingin ikut bermain bersama Tiffany, tapi Noona-nya
itu menolak. Tapi hey, itu sudah beberapa tahun yang lalu. Apapun alasan yang
Chanyeol utarakan, didepan Tiffany, dia tetaplah hanya adik kecilnya. Tidak
pernah berubah.
Chanyeol meletakan posel miliknya dimeja samping tempat tidur.
Besok mungkin dia baru akan mengurusi semua ini fikirnya.
Suara ketukan pintu terdengar saat Chanyeol tengah melepasvarsitynya.
“Masuk,” ucap Chanyeol.
“Oppa…”satu suara muncul dari balik pintu.
“eoh…. kenapa
Chaerin?” tanya Chanyeol.
Chaerin melangkah masuk menghampiri kakaknya. “Tadi BaekHyunOppa telfon,” ucap Chaerin saat dia
telah menempatkan dirinya dikasur empuk Chanyeol. “Dia menelfon keponselmu
berkali – kali tapi tidak ada jawaban. Dia menyuruhmu menelfon balik, penting,”
lanjut Chaerin.
Chaerin meraih ponsel kakaknya yang terletak begitu saja diatas
meja dan menyadari jika benda putih itu tidak menyala. “Hah… pantas saja, ponselmu mati Oppa….” ucap Chaerin.
Chanyeol membuka lemari pakaiannya kemudian meraih tshirt dan celana training. “Tolong charge, Chaerin-ah…”ucap Chanyeol
dari dalam kamar mandi.
Chaerin beranjak menuju laci kecil dipojok kamar kakaknya,
membuka laci kedua dan mengambil charger setelah kemudian dia memasangkan
benda itu pada saklar listrik juga handphone kakaknya. Iseng dia menyalakan
ponsel kakaknya. Setelah memasukan password yang sangat dia ingat, tiga pesan
muncul. Dua dari baekHyun yang complaintkarena
tidak mengangkat telfonnya dan satu dari Tiffany.
Miss Hwang [09:15pm]
Ooii… kau sama sekali tidak merasa bersalah park Chan? Kau
berhutang banyak janji padaku.
Chaerin tertawa membaca pesan tersebut. Dia sudah kenal seperti
apa Tiffany dan juga perlakuannya pada Chanyeol. Merasa tergelitik rasa
penasaran, Chaerin membuka pesan – pesan Tiffany sebelumnya tapi satu pesan
baru masuk.
Miss Hwang [09:25pm]
Lupakan.
Chaerin menautkan kedua alisnya. “Mereka lebih mirip sepasang
kekasih dari pada hubungan adik – kakak,”
“Apa?” tanya Chanyeol yan baru keluar dari kamar mandi.
“Anio… ah Oppa, apa Tiffany eonni sangat benci saat seseroang
melanggar janji, meski itu hanya janji kecil?” tanya Chaerin.
Chanyeol meraih handuk putih dan mengeringkan rambut coklatnya
yang basah. “Dia akan mendiamkanmu 24jam lebih, jangan harap dia mau melihat
wajahmu. Kau harus pandai mengeluarkan kalimat manis agar dia bisa memaafkanmu.
Dan itu sungguh sulit, karena dia tidak menyukai kata – kata manis,” jawab
Chanyeol.
“Ahh… benarkah?” tanya Chaerin lagi yang dijawab anggukan
Chanyeol. “Tapi dua hari yang lalu, aku tidak menepati janjiku dia biasa saja,”
ucap Chaerin dengan senyum kecil dibibirnya. “Aku rasa itu hanya berlaku padamu Oppa…”
Chanyeol menatap Chaerin yang menghamiprinya kemudian menepuk
bahunya pelan. “Jangan lupa, telfon Baekhyun Oppa…
Good night Oppa…”
Chaerin pergi dari kamar Chanyeol, meninggalkan dia yang masih
berdiri didepan cermin dengan handuk putih menutupi seluruh kepalanya.
Chanyeol menautkan kedua alisnya saat kembali mengingat kalimat
yang diucapkan Chaerin. “Benar, aku rasa Miss Hwang dari dulu selalu
menindasku,” ucapnya.
Chanyeol melempar handuk putihnya sembarangan. Menempatkan tubuh
jangkungnya ditempat tidur, Chanyeol meraih posel disampingnya, mencari nama
BaekHyun dan melakukan panggilan.
“PARK CHANYEOL….!!!!” satu suara menyambut telinga Chanyeol.
Chanyeol menutup kedua matanya dan menghembuskan nafas berat. “man… pelankan suaramu…”
***
‘Noona, aku melihatnya sendiri. Dia-’
‘Diam kau Park Chan, kau tidak tahu apa – apa’
‘Noona menurutku sebaiknya-’
‘Aku tahu apa yang harus aku lakukan.!’
Chanyeol selalu seperti itu dimata Tiffany. Setiap kali dia
mengutarakan apa yang dia fikirkan, Tiffany akan membantahnya. Tiffany selalu
benar dan Park Chanyeol hanya anak kecil yang masih butuh belajar. Egois. Meski
keadaan seperti itu, hanya pada Chanyeol lah tempat Tiffany mengadu saat dia
mendapati masalah dengan pilihannya. Selalu.
‘dia hanya mengincarmu untuk mainan Chanie..’
‘Kau bahkan belum mengenal dia Noona-’
Dan posisi sebaliknya tidak pernah terjadi. Yang Chanyeol pilih
pasti selalu salah dimata Tiffany. Apapun itu. Meski terdengar Chanyeol hanya
menjadi bahan tindasan Tiffany, itu tidak menjadikannya beban sama sekali.
Tiffany seperti sesuatu yang harus dia lindungi. Anak kecil yang mejaga mainan
kesayangannya. Itulah Park Chanyeol.
Dengan hoodie ungu tiffany berjalan menuju rumah
Chanyeol. Ada alasan mengapa Tiffany sangat menyukai hoodie ini. Mengapa? Karena Chanyeol
menyisikan uangnya sendiri untuk hoodie terbatas ini.
Melupakan janji yang Chanyeol ingkari semalam, Tiffany berencana
mengajaknya keluar siang ini. Setidaknya mengisi aktifitas dihari libur,
sebelum seminggu kemudian dia kembali disibukan dengan kegiatan kampus.
Tiffany baru menginjakan kakinya didepan pagar tinggi rumah
keluarga Park, saat pagar itu terbuka dan mobil sedan merah melesat dari dalam.
Tiffany menajamkan pandangannya dan mendapati Chanyeol duduk dibalik kemudi, meninggalkan
pekarangan rumahnya yang sekarang kembali tertutup oleh pagar tinggi.
“Chan Oppa tidak akan ada dirumah hari ini eonni…” satu suara menglihkan
Tiffany. Dia mengerjapkan beberapa kali matanya, kemudian berbalik dan
menyadari Chaein tengah berdiri dibelakangnya. Dilihat dari apa yang Chaerin
kenakan sepertinya dia habis olahraga pagi.
“Benarkah? Kemana dia pergi?” tanya Tiffany.
“BaekHyun Oppa semalam memarahinya habis –
habisan. Band mereka akan tampil difestival minggu depan, bukan latihan intensif Oppa kemarin membolos dan bukan
sendiri. Dia juga membawa kabur Sulli keybordistbaru
mereka. Berujung dengan mereka tidak latihan..” jelas Chaerin.
“Ahh~” jawab Tiffany. Ingatan tiffany kembali saat Chanyeol
mematut dirinya dicermin kemarin dan menggumamkan Sulli akan menyukai
penampilannya. Jadi benar dugaan Tiffany mereka berdua mulai berkencan.
“Masuk eonni…”
ajak Chaerin saat dia berhasil memasukan passwordpada
pengaman pagar.
“Ahh… anio.. aku pulang saja, mungkin lain kali
Chaerin-ah..” jawab Tiffany.
Tiffany melambaikan tangannya kearah Chaerin dan berlalu
meninggalkan rumah keluarga park.
Chaerin melihat perginya perempuan itu dan tersenyum. “kau tidak
pandai menutupi perasaan eonni…”
***
Tiffany mendapati dirinya berada dalam kondisi mood terburuk. Apapun yang dia lakukan
hanya berujung pada complaint, apapun yang orang lain lakukan
hanya akan merusak pemandangannya. Semua sangat mengerikan, bahkan suara air
dari keran saat ibunya mencuci piring terdengar sangat menjengkelkan.
“YA..!! kunci dirimu dikamar sana! Duduk disini dengan aura
kesetananmu hanya membuat suasana mengerikan,” teriak ibunya dari dapur.
Seorang ibu tentu tahu kondisi tepat anaknya.
Tiffany mendengus sebal, dia memutar kedua bola matanya dan
menatap ibunya. “Eomma sendiri
yang sedari tadi membuat keributan!”
“Mwo? Membuat
keributan? Yang dari tadi ribut siapa?? Mulutmu HWANG MIYOUNG..!!” cecar sang
ibu yang kali ini berjalan menghampiri Tiffany.
“Aaaaaa~ Stop
It!” teriak Tiffany sambil berjingkat dari tempat itu yang beberapa menit
kemudian terdengar suara debaman pintu kamarnya.
“Kenapa adikmu?” tanya sang Ibu yang terperanjat mendegar suara
itu.
“ahahaha~ biarkan saja eomma, atau eomma panggilkan Chanyeol kesini, dia
akan sembuh,” jawab sang kakak.
Tiffany membenamkan tubuhnya dibawah selimut pink miliknya. Sejak tadi pagi, moodnya benar – benar hancur,
mungkin bisa dibilang sejak dia melihat Chanyeol pergi. Merasa terabaikan?
Tiffany bertanya pada hati kecilnya.
Dia menggeleng saat itu juga, duduk ditempat tidurnya. “Aku
hanya tidak suka mereka yang melanggar janji, merasa tidak bersalah dan
mengacuhkanku. Semua sifat itu sungguh tidak berperikemanusiaan,” ucap Tiffany.
Tiffany meraih ponsel yang sedari tadi dia tinggalkan ditempat
tidur. Berharap ada satu pesan permintaan maaf dari Chanyeol menyambangi
ponselnya, namun hasilnya NIHIL. Tiffany mendengus kesal, kembali merebahkan
tubuhnya dikasur, Tiffany membuka akun jejaring sosial miliknya.
Kedua matanya menyipit saat timeline di halaman utama terdapat jejak
terakhir Chanyeol. Mention Chanyeol untuk seseorang.
@ParkChan_ : @JinRi_94 No problemo, pleasure me helping
you girls!
Siapa Jinri? Fikir Tiffany. Karena rasa penasaran dia membuka profiledari akun tersebut.
Ketika kemudian Tiffany mendapati akun itu milik Sulli, perempuan yang Chanyeol
kencani kemarin.
Tiffany menarik scroll kebawah mencoba mebaca status Sulli lebih banyak lagi. Ternyata
dia dan Chanyeol melakukan percakapan disana.
@JinRi_94 : @ParkChan_ Oppa, apa BaekHyun Oppa menelfonmu?
Sepertinya dia marah L mianhae Oppa….
@ParkChan_ : @JinRi_94 biarkan saja, kemarahan seorang Byun
BaekHyun tidak akan bertahan lama,
@JinRi_94 : @ParkChan aku harap seperti itu hehehe, thx oppa for
today. Semoga pengorbananmu tidak sia – sia.
Menjejaki mereka hanya meninggalkan penasaran semakin mendalam
di benak Tiffany. Apa yang mereka lakukan kemarin? Apa hubungan Chanyeol dan
Sulli?
“Aku bahkan belum mengenalnya,” ucap Tiffany frustasi dia melempar ponselnya sembarang dan
kembali membenamkan tubuhnya dibalik selimut. Tanpa terasa, alam mimpi
menariknya dari realita.
***
[01:09pm]
Kau dirumah?
Tiffany baru selesai dengan makan siangnya, dan tengah membantu
sang ibu membersihkan meja makan dari jejak manusia kelaparan. Saat kedua
tangannya refleks meraih ponsel dari saku jeansnya dan mengetik pesan
singkat untuk Chanyeol.
Tiffany memang seperti ini adanya. Dia memliki mood yang mudah berubah seperti giant swing. Meski begitu,
entah mengapa sudah menjadi kebiasan pada dirinya untuk selalu melakukan percakapan
dengan Chanyeol setiap hari. Saat ada orang yang menanyakan hal itu, Tiffany
akan menjawab ‘Seorang kakak harus tahu banyak tentang adiknya bukan?’
Ponsel tiffany bergetar saat dia menapaki tangga rumah menuju
kamarnya.
ParkChan [01:15pm]
Eoh,,, aku dirumah Noona. Why?
Tiffany membuka pintu kamarnya. Beranjak menuju lemari
pakaianya, Tiffany meraih satu thsirt putih dengan aksen Pink ditali tangannya. Mengganti
pakaian yang dia kenakan, kemudian beralih mengikat rambut hitamnya tinggi dengan
menyisakan poni yang dia sisir samping.
Tiffany meraih ponselnya kemudian beranjak dari kamar.
“eomma, aku
pergi dulu..!!!” teriak Tiffany sambil berlari keluar rumah.
“Kerumah Chanyeol?” tanya sang Ibu yang lebih ditujukan pada
dirinya sendiri, mengingat Tiffany sudah berlari keluar rumah.
Tiffany tidak membalas pesan Chanyeol. Balasannya, sekarang dia
tengah dalam perjalan menuju rumah Chanyeol yang hanya berjarak dua rumah.
Tiffany berhenti didepan pagar putih tinggi, mendekati interkomyang terpasang disana
kemudian menekan password yang sudah sangat dia ingat. Menit
selanjutnya, pagar itu terbuka, Tiffany melanjutkan langkahnya menuju rumah
keluarga Park.
“eonni…” sapa Chaerin saat dia mendapati Tiffany tengah
mengganti sepati ketsnya dengan sliper pink didepan pintu.
“annyeong…!!” jawab Tiffany dengan senyumnya. “Dimana Oppamu Chaerin-ah?”
tanya Tiffany.
Chaerin menatap Tiffany ragu, tapi kemudian dia menggerakan
kepalanya mengarahkan pada suatu tempat. “Disana…!” jawab Chaerin ragu.
Tiffany membaca arah kepala Chaerin, setelah kemudian dia
mengucapkan terimakasih dan melangkah menuju ruangan baca yang teletak tepat
disamping ruang TV. Tiffany melambatkan langkahnya saat dia mendapati suara
tawa dibalik rak – rak buku tinggi itu. Suara tawa Chanyeol dan perempuan.
Tiffany menghentikan langkahnya, memasang indra pendengarannya pada mode paling akurat.
“Sulli..” ucap satu suara. Tiffany membalikan badannya dan
mendapati Chaerin berada dibelakangnya.
“Tadi Lay Oppa kesini bersama Sulli,” ucap
Chaerin sambil menatap Tiffany. “Lay Oppa kemudian ditelfon BaekHyun Oppa untuk menjemputnya, Sepertinya
mereka akan berkumpul disini hari ini,” lanjut Chaerin.
“Ahh…. sepertinya aku salah waktu,” ucap Tiffany.
“eonni kenapa
kau bertingkah seperti orang lain? Yeolli Oppa, adikmu. Kenapa eonni merasa tidak nyaman dengan teman –
temannya,” ucap Chaerin lagi sambil menahan tawa.
“Ya! Chaerin maksudku-”
“Noona?”
Tidak sadar Tiffany ternyata mengeluarkan suara dengan volume lumayan. Dia mendapati
Chanyeol berdiri disamping rak buku sekaligus pembatas dinding ruangan. Dengan
senyum kaku Tiffany berbalik, “Ah…annyeong…!!” sapa Tiffany.
“Masuklah, teman – temanku sedang berkunjung. Akan lebih
menyenangkan bila aku mengenalakanmu pada mereka.”
Chanyeol menarik tangan Tiffany. Merasa tidak mau menjadi
seorang asing disana, Tiffany juga menarik tangan Chaerin. Dan didalam sana
seorang perempuan dengan rambut sebahu, mata hitam bulat dan senyum manis
tengah duduk kemudian menyapa Tiffany. Sulli. Tiffany masih ingat rupanya dari foto profile jejaring sosialnya.
Perbincangan mengalir begitu saja, Tiffany bahkan lupa bahwa
seorang Sulli tengah duduk didepannya. Topik tentang Chanyeol menjadi bahan
leluconan. Tiffany dan Chaerin yang tahu betul tentang lelaki jangkung itu
mendominasi percakapan yang ditimpali tawa dan tatapan kaget dari Sulli.
Puncaknya, Tiffany merasa dirinya dalam kondisi nyaman.
Tapi semua itu tidak berlangsung lama. Ketika bahan perbincangan
menipis, teman – teman Chanyeol tidak juga datang, mereka mulai sibuk dengan
fikiran masing – masing. Chaerin yang tertawa sendiri dengan ponsel
ditangannya, Chanyeol yang sepertinya tengah menelfon teman – temannya, Tiffany
yang kemudian refleks mengeluarkan ponsel miliknya.
Kemudian Tiffany menangkap Sulli memulai obrolan dengan
Chanyeol. Tiffany pura – pura memusatkan mata pada ponselnya, namun telinganya
waspada menampun perbincangan mereka. Semuanya. Ketika Sulli kembali mengungkit
tentang ‘kencan’ mereka dua hari yang lalu dimana mereka berdua mulai
larut dalam perbincangan yang tidak tiffany mengerti. Tiffany mendapati dirinya
tidak memandangi lagi layar ponsel, melainkan memusatkan matanya pada Chanyeol.
Baru kemudian Tiffany tersadar saat satu tangan menariknya keluar dari tempat
itu. Chanyeol.
“Kau kenapa noona? Sikapmu tadi hanya membuat Sulli
menjadi tidak nyaman,” ucap Chanyeol saat mereka sudah berada didapur. Tiffany
duduk dicounter menatap
Chanyeol yang sedang meneguk jus jeruk.
“Apa yang kulakukan?” tanya Tiffany.
Chanyeol meletakan kembali botol jus itu kedalam kulkas,
membalikan badanya mendekati Tiffany kemudian menatap tiffany tajam. “Seperti
ini,” jawab Chanyeol.
“Noona menatapnya
seakan tengah mengintimidasi seseorang,” lanjut Chanyeol.
“Kapan aku melakukannya?” tanya Tiffany mengelak.
“Tadi Noona,”
jawab Chanyeol lemas. “Aku tahu Noona masih sebal padaku pasal beberapa
hari yang lalu, makanya-”
“Makanya apa?” potong Tiffany.
“Makanya tadi waktu Noona menanyakan aku dirumah atau tidak
aku bertanya ‘kenapa?’,” lanjut Chanyeol yang saat ini tengah terduduk dikursi counter depan Tiffany.
“Memangnya kenapa?” tanya Tiffany sambil menggerakan bahunya,
tanda moodnya dalam masa transisi.
“Teman – temanku datang berkumpul hari ini, aku hanya tidak
ingin noona masih belum
merasa nyaman, dengan giant
swing mood noona,” ucap Chanyeol sambil menunjuk Tiffany. “Juga teman –
temanku, terlebih disana ada Sulli,” lanjut Chanyeol.
“Apa maksudmu? Dan kenapa kau menyambungkan dengan Sulli?
Katakan saja secara langsung Park Chanyeol, aku mengganggu perkumpulannmu,”
ucap Tiffany.
“kalau aku mengatakan seperti itu apa ada jaminan kau tidak
marah padaku?” tanya Chanyeol yang dijawab oleh ekspresi lain Tiffany. “See,aku
bahkan sudah tahu apa yang akan terjadi. Mianhae untuk tempo hari noona, aku minta maaf..” jawab Chanyeol
sambil menangkupkan kedua tangannya didepan muka Tiffany.
“Siapa Sulli,” tanya Tiffany langsung.
Chanyeol menurunkan tanganya kemudian memutarkan kedua bola
matanya. “benarkan dugaanku,” ucap Chanyeol. “Dia member baru ‘Signal’
aku sudah menceritakan padamu, dia keybodist baru kami,” jawab Chanyeol.
“Tapi kau tidak menceritakan dia akan menjadi teman kencanmu,”
lanjut Tiffany.
“Noona…!!” erang Chanyeol. “Aku mohon jangan mulai lagi,
dia hanya temanku Ok.! Member baru Signal, Keybordis Signal,”
“Lalu apa cerita kalian dua hari yang lalu. Saat kau bolos
latihan bersama Sulli? Apa yang kalian lakukan?”
Chanyeol menekan dahinya pelan. Dia berdiri dari duduknya,
kembali membuka kulkas kemudian menegak jus yang sudah dia buka tadi. “Noona, kenapa kau selalu mengulang hal
yang sama? Aku dan Sulli hanya keluar, sekedar bermain,”
“wae?? Apa
salah seorang kakak perempuan tahu cerita adiknya?” jawab Tiffany sambil
mengangkat tangannya.
“Anio, Noona selalu
menumpahkan opinimu padaku, tapi noona selalu menolak opiniku. Selalu,”
jawab chanyeol sambil menatap Tiffany tajam.
“Kau lebih muda dariku, masih banyak yang harus kau pelajari,”
sergah Tiffany.
“NOONA! Aku
hanya berjarak dua tahu denganmu, dan apa seorang dengan umur 20 tahun masih
bisa disebut anak kecil, pliss
Noona, kadang kau berlebihan,” ucap Chanyeol frustasi.
Tiffany mendapati dirinya dalam kondisi mendapat tekanan besar.
Saat dia mendengar Chanyeol meninggikan nada bicaranya, kemudian mendapati dia
disebut seseorang yang berlebihan.
“Aku hanya ingin menjadi orang yang tahu lebih banyak tentangmu
dari pada orang lain,” ucap Tiffany pelan.
“Arraseo, tapi
tidak seperti ini juga Noona, tidak dengan kau tidak pernah
mendengar pendapatku, tidak dengan selalu menganggapku anak kecil, tidak dengan
selalu memukul salah apa yang aku lakukan,”
Tiffany tanpa sadar mendapati air matanya menetes, dengan cepat
menghapusnya. Chanyeol yang melihat hal itu hanya menghembuskan nafas berat.
Bukan pertama kalinya hal ini terjadi.
“Baiklah aku minta maaf,” ucap Tiffany pelan.
“Sulli masuk Signal karena usulanku. Dia menaruh rasa pada Lay,
karena dia hanya mengenalku jadi dia meminta bantuanku,” jelas Chanyeol
kemudian.
“Mianhae Yeollie,
aku mungkin orang egois dan jahat dimatamu. Aku kadang belum bisa menerima ada
seseorang yang lebih disisimu,” ucap Tiffany. “Kau tahu, aku bahkan sudah
mengenalmu sejak kau masih merah. Sulit bagiku saat harus membagimu dengan
orang asing,”
“Kesimpulannya?” tanya Chanyeol dengan senyum dibibirnya.
“Itu kesimpulannya, aku belum siap kehilangan adik
kesayanganku,” ucap Tiffany.
Chanyeol memutar kedua bola matanya. Dia meraih gelas diatascounter menuangkan jus kedalamnya dan
memberikan pada Tiffany. “Sebelum kembali kesana basuh dulu wajamu Noona, aku tidak mau mereka salah
pengertian,” ucap Chanyeol yang dibalas anggukan Tiffany.
Ini memang hubungan rumit mereka. Ada masa dimana Tiffany tidak
bisa menerima seseorang berada disamping Chanyeol, siapapun itu. Tiffany
menganggap perasaan ini hanya perasaan overprotective
seorang kakak pada adiknya. Semua terhalang tameng buatan Tiffany sendiri
bahwa Chanyeol adalah adiknya.
Berbeda dengan Chanyeol, dia yakin suatu saat nanti Tiffany akan
menyadari alasan dari mengapa dia bersifat seperti itu dan tidak selalu
berlindung dibalik kata saudara. Karena Chanyeol sangat mengenal perempuan
didepannya ini.
“Kau tahu noona, kadang lelaki akan tumbuh dewasa
lebih cepat dan lebih peka akan lingkungannya dibanding perempuan,” ucap
Chanyeol sambil tersenyum.
“Maksudmu?” tanya tiffany.
“ya itu maksudku,” jawabnya.
***
“Jadi apa mereka hanya sekedar kakak – adik?” tanya satu suara
dibalik sofa putih ruang TV saat melihat
Chanyeol dan Tiffany didapur.
“Setelah melihat semuanya apa kau masih menganggap mereka hanya
kakak – adik?” tanya satu suara lain.
“Tentu tidak Chaerin-ah, terlihat
jelas Tiffany eonni mearuh perasaan pada Yeol Oppa, dia bahkan mencurigaiku,” jawab
Sulli.
“Kau bukan orang pertama, banyak perempuan – perempuan
sebelumnya yang menjadi sasaran Fanny eonni,”
ucap Chaerin.
“Mengerikan, mengapa mereka tidak menungkapkan perasaan satu
sama lain? Yeol Oppa juga sepertinya mempunyai perasaan
yang sama.”
“Mereka berdua sama. Fanny eonni hanya merasa ini hanya perasaan
seorang kakak, sedangkan Oppa dia menunggu eonni menyadari semua ini, mereka memang
bertele – tele, kau tahu ini sudah berlangsung lama,” ucap Chaerin. “Dan…”
Chaerin mengalihkan perhatiannya pada Sulli. “Kau tertarik pada Lay Oppa?” tanya Chaerin yang
dijawab senyum malu Sulli.
“ahaha, aku hampir membuat namamu di List orang yang aku jauhi,” ucap
Chaerin yang mebuat Sulli membalikan wajah dan membulatkan matanya.
“maksudmu?” tanya Sulli.
“Aku fikir kau menyukai BaekHyun Oppa,” ucap Chaerin pelan.
Sulli membekap mulutnya untuk menahan tawa. “jadi kau menaruh
rasa pada BaekHyun oppa? Apa yang sudah kau lakukan? Hanya
diam saja? Kau sama dengan Tiffany eonni, tidak mengakui apa yang kau
rasakan dan hanya menaruh curiga pada setiap orang yang mendekatinya, huh”
Sulli masih mencoba menahan tawanya sedangkan Chaerin hanya
terdiam. Menyadari Tiffany dan Chanyeol berjalan meninggalkan dapur, dua
permpuan itu kembali berlari ke ruang baca.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar