Melody Of Love : “You Are To Me”
Author : Pabo Namja
Cast : Kim Joonmyeon, Sunny
Type : Oneshot
Genre : Romance
Inspired
from Carly Rae Jepshen Song ‘Beautiful’
Series : Way for Love
**
“I know, I know
it’s been a while
I wonder where you are,
and if you think of me
Sometimes, got you always
on my mind
You know I had it rough,
trying to forget you but
The more that I look
around, the more I realize
You’re all i’m looking
for”
( Beautiful – Carly Rae Jepshen
)
***
Sunny menghembuskan nafas panjang, saat kedua tangannya menutup
pintu, dimana pada pintu itu tergantung papan identitas bertuliskan ‘Head
Office, Kim Boss’. Matanya masih belum lepas dari papan identitas itu,
sedangkan dua belah otaknya kembali memutar apa yang Bos nya katakan.
Sungguh sudah hampir dua bulan Sunny bekerja di caffee ini
tidak pernah sekalipun merasa kesusahan. Baik itu dari pengunjung, rekan kerja
ataupun Bosnya. Tidak sama sekali. Pekerjaan Sunny bisa dikatakan berjalan
sangat lancar, sangat lancar. Sebelum tepat sejak dua minggu yang lalu, datang
seorang pengujung yang selalu membawa Sunny dalam kebingungan yang berbuntut
masalah dengan Boss nya
“Kau dipecat…??” tanya satu suara didepan Sunny. Perempuan
lengkap dengan seragam caffe berwarna
coklat dan nametag disebelah kiri seragamnya yang bertuliskan
‘Kwon Yuri’. “Sunny jangan katakan kau dipecat??” tanya perempuan itu lagi,
dengan matanya yang membulat sempurna.
“Kau sungguh mengharap aku dipecat Kwon Yuri??,” tanya Sunny
sambil memutar kedua bola matanya.
“YA…!! tentu saja tidak…” jawab Yuri sambil
menghentakan kaki jenjangnya tanda dia tidak setuju. “Jadi apa yang
Bos Kim katakan..?”
“Huft… dia hanya menegurku. Dia bilang untuk selalu fokus dalam
pekerjaan, dan jangan sampai hal ini terulang lagi. Dan ini sungguh memberikan
kesan buruk akan kinerjaku disini…” Jelas Sunny saat mereka melangkah dari
depan ruangan Bos mereka, kembali menuju counter tempat Sunny
dan Yuri bekerja. “Yuri… apa kau tidak merasa semua ini aneh??” lanjut Sunny.
“eoh… aku juga merasa aneh…” jawab Yuri sambil
mengangguk kecil setuju. Helai rambut yang keluar dari ikatannya terlihat
menjuntai kedepan wajahnya saat dia mengangguk.
“Benarkan…. aku juga ini terasa janggal…” Ucap Sunny semangat.
Dengan tangan kirinya Sunny membuka pintu yang menghubungkan mereka kecounter
caffe ruang kerja mereka. Barista, pelayan dan pastry
“Benar, aku bahkan sudah mendiskusikan ini dengan Fanny. Dan
kami setuju sepertinya Bos Kim suka padamu…”
“What???? Apa maksudmu dia suka padaku? YA..!!!”
tanpa sadar Sunny menghentakan tangan pada meja counter didepannya,
kontan hal ini membuat beberapa pengunjung caffe meliriknya.
Sunny membungkukan badan dan mengucapkan maaf beberapa kali sebelum akhirnya
menarik Yuri menjauh dari hadapan pengunjung. “Apa maksudmu dengan Bos Kim suka
padaku? Aku menanyakan tentang hal lain…”
“Kau menanyakan hal janggal bukan? Aku dan Fanny merasa janggal
dengan tingkah Bos. Kau melakukan delapan kali kesalahan pada pengunjung yang
sama , tapi Bos tidak memecatmu. Kau ingat yang terjadi pada Tao? Sifat teledor
Tao yang kadang tanpa sengaja memecahkan cangkir ataupun piring berujung dengan
Boss Kim memecatnya. Padahal kalau difkirkan lagi, apa yang Tao lakukan tidak
akan merusak citra caffe ini … jadi apa kau fikir ini tidak
terasa janggal???” jelas yuri sambil melipat kedua tangannya. Yuri marah?
tidak, dia hanya kesal harus mengingat kembali bahwa Tao sudah tidak bekerja
disana.
Sunny menautkan kedua alisnya tanda dia sedang berfikir. Dia
juga baru menyadari hal ini tentang fakta mengapa ia tidak dipecat?.
“Tapi, aku merasa itu bukan kesalahanku…” jawab Sunny yang kali
ini sudah merendahkan suaranya.
“Aku tahu… tapi tetap saja, ini terdengar aneh. Lalu apa yang
menurutmu janggal??” tanya Yuri.
Sunny kembali menatap Yuri. Tadi dia sungguh ingin membuncahkan
perasaannya yang mengganjal. Tapi saat Yuri mengungkapkan fakta bahwa dengan
delapan kali kesalahan dia sama sekali tidak dipecat sedangkan kasus Tao
sungguh berbeda dengannya. Saat itu Sunny merasa tidak enak dengan rekan
kerjanya, Ya.. dia merasa semua ini tidak adil. Rasa bersalahpun menyelubungi
hati Sunny saat itu.
“Kita bicarakan nanti.” Jawab Sunny yang kembali melangkah
menuju kedalam caffe.
***
Suara ban berdecit menandakan sebuah mobil baru saja berhenti
dengan bantuan rem terdengar disekitar parkiran sebuah caffe.
Seorang lelaki yang duduk dibalik kemudi, mengalihkan fokusnya untuk mematikan
mesin dan meraih kunci mobil. Sekali lagi lelaki itu melirik kaca mobil
memastikan pantulan wajahnya sudah cukup sempurna.
Baru saja dia akan membuka pintu mobil itu, benda kecil yang baru dia masukan
kedalam saku celananya bergetar.
“Ehm…” jawab lelaki itu sambil membuka pintu, saat dia tahu
siapa yang disebrang sana.
“Kau dimana Kim Joonmyeon…. ayah mencarimu. Tolong jangan
sibukan aku dengan semua rencanamu….” celoteh satu suara disebang sana.
Lelaki yang tengah menekan tombol kunci pada mobilnya terlihat
tertawa kecil. “Maafkan aku Noona, tapi aku pastikan semua ini akan
berakhir sebentar lagi. Sampai saat itu tiba, bisakah Noonauntuk
memastikan Ayah untuk tidak membatalkan semuanya??” lanjut lelaki bernama Kim
JoonMyeon itu.
“Berapa lama lagi Joonmyeon…. aku bahkan sudah lebih jenius dari
penulis untuk terus mengeluarkan cerita palsu pada ayah hanya untukmu….” lanjut
perempuan disebrang sana, yang tidak lain adalah kakak perempuan Joonmyeon.
“Aku pastikan tidak akan lama… Please Noona, sebagai
imbalannya aku akan menjamin proyek kekasihmu berjalan lancar, itu masa depan
kalian bukan.. hahaha.”
“Kau memang penjilat handal tuan muda KIM….” timpal suara
disebrang sana dengan tawa diujung kalimat.
“Dan sepertinya tuan Kim ini mewariasi sifat kakaknya, Nona Kim
TaeYeon... ahahaha…”
Joonmyeon memasukan kunci mobil kedalam saku celananya. Dia
memandang caffe yang
berada tepat didepannya. Caffe bernama XOXO yang sebenarnya
sudah satu bulan terkahir menjadi tempat yang sering ia kunjungi, meski baru dua
minggu terakhir ini dia benar – benar berkunjung.
“Noona… aku dalam perjalanan menyelesaikan Misi. Aku
akan panggil kau nanti, Bye…”
“Selesaikan secepatnya Joonmyeon…. ”
“I Know… Noona…”
Sambungan telfon ditutup. JoonMyeon melangkahkan kakinya menuju
pintu masuk caffe itu. Dengan
satu senyuman, dia memegang gagang pintu. Menit selanjutnya terdengar dentangan
Bel, yang menandakan ada pengujung baru.
Joonmyeon segera menjelajahi isi caffe dan
kembali tersenyum lebar saat matanya jatuh pada seorang wanita dengan seragam
berwarna coklat tua di balik counter caffe, dengan rambut
pirang sebahu. Seorang perempuan yang saat bertatapan secara tidak sengaja
dengannya segera memasang wajah gusar.
“Ayo kita akhiri…” ucap Joonmyeon sambil melangkah.
***
“Satu capuccino Late dan…. satu slice
red velvet…” ucap seorang pria
didepan counter caffedengan senyum manis. Pakaiannya hari itu
terbilang santai dari hari biasanya dia
berkunjung. Dengan kemeja chekered hitam biru, celana jeans. “Dan
kali ini, buat minumannya manis Nona…” lanjut lelaki itu sambil berlalu
menuju salah satu meja dekat jendela.
Kalimat terkahir lelaki itu kontan menarik perhatian semua
pelayan caffe yang saat itu berada di balik counter .
Termasuk Sunny, yang melayani pesanan lelaki tadi. Dan tentu saja kalimat lelaki
itu dilayangkan pada Sunny.
Pengunjung baru yang selalu menarik Sunny pada masalah. Seorang
lelaki yang membuatnya dipanggil sang Bos, lelaki yang
membuat dia merasa bersalah karena merasa pelayan lain diperlakukan tidak adil
akibatnya.
Ya, lelaki inilah yang dua minggu ini membuat Sunny merasa
dibingungkan. Semua berawal saat kunjungan pertama lelaki itu dia memesan satu
cup moccachino blend yang
berujung dengancomplaint bahwa mocca pesanannya
tidak terasa manis sama sekali. Sunny meminta maaf atas insiden tersebut. Namun
tidak berhenti disana, karena dua hari kemudian lelaki itu kembali datang dan
melakukan hal yang sama. Sunny masih meminta maaf dan merasa dia kurang
konsentrasi, namun itu berlangsung sampai delapan kali.
Insidennya tepat dua hari yang lalu yang kemudian berujung dengan teguran dari
Bos nya. Sunny tidak bisa menganggap lagi enteng semua ini. Satu fikirannya,
lelaki ini sedang mempermainnkannya, dia berniat hari ini akan terselesaikan.
“Apa dia akan berulah lagi Sun…??” tanya Jessica tepat
dibelakang Sunny.
“Aku tidak tahu, yang pasti kali ini akan kuhabisi dia…” jawab
Sunny yang mulai beranjak menujucoffee machine.
“Jangan berulah yang aneh – aneh, kau tidak mau MinSeok Hyeong memecatmu
kan…” ucap satu suara. Seorang lelaki menggunakan seragam ala chef dengan nametag
‘Do KyungSoo’ pattisiercaffe itu.
“Aku bahkan tidak menyesal bila Bos Kim memecatku…” jawab Sunny.
Sisa dari mereka tidak bisa berkata banyak. Mereka hanya
membiarkan Sunny yang mulai sibuk dengan cappucino dan float putih.
“Bagaimana aku saja yang buat minumannya, ini akan aman…” sela
Yuri yang coba meraih Cup ditangan Sunny.
“NO..!!! ” jawab Sunny dingin.Yuri yang melihat Sunny berada
dalam ambang marahnya hanya bisa menjauh dan berkumpul dengan lainnya di
pojok counter.
“Apa sebenarnya yang lelaki itu inginkan? Aku sangat yakin, Sun
selalu memasang manis yang pas untuk tiap minuman…” celoteh Jessica yang sedang
melipat tangannnya dan menatap Lelaki kemeja biru hitam di pojok caffe.
“Uhm… aku bahkan menyicipi sisa di coffe machine dikunjungan
ke-empatnya… Musuh Sunny kah?? ” ucap Yuri menimpali celotehan Jessica.
“Kyungie…. satu red velvetnya cepat….” teriak Sunny
mengalihkan perhatian Jessica dan Yuri yang sibuk dengan gossiping.
KyungSoo terlihat sedikit kaget, seribu langkah dia menuju tray didalam
dapur dalam hitungan ke dua puluh, dia sudah kembali dengan satu piring dihias
dengan stawberryiris dan tetesan madu serta satu slice red
velvet.
“Kau memanggang ini sama dengan yang lain kan?” tanya Sunny.
“Yeaps… ini sama dengan yang lain, aku sudah
mencicipinya dan manisnya pas..” jawab KyungSoo.
“Ok thanks….”
Sunny menempatkan piring cake dan dua cup
Cappucino latte dalam nampan. Dengan langkah pasti, dia menghampiri
lelaki itu.
“Kenapa Sunny membawa dua cup cappucino??? Aku
yakin lelaki itu cuma memesan satu..” ucap Yuri.
“Dia datang lagi..??” tanya satu suara bergabung dipojok counter yang
sontak mengagetkan Yuri, Jessica dan KyungSoo yang tengah memperhatikan Sunny
dan lelaki itu. Ketiganya segera berbalik kebelakang dan mendapati Bos mereka
Kim MinSeok tengah memandangi Sunny dan lelaki itu dengan senyum.
“Yeaps… Hyeong… ” jawab KyungSoo.
“Bos.. apa menurutmu semua ini tidak aneh??,” tanya Jessica.
MinSeok hanya memandang jessica sambil menautkan kedua alisnya dan menaikan
bahunya.
“Sebelah mananya yang aneh??,” tanya MinSeok sambil tersenyum.
Dia melipat kedua tangannya dan menunjuk dua manusia didepan sana. “Mereka…
akan selesai hari ini..” lanjutnya sambil meninggalkan ketiga karyawannya yang
menatap bingung.
“Apa maksudnya…??” tanya Jessica.
“Bos akan memecat Sunny…” ucap Yuri horor.
Jessica tidak mempedulikan perkataan mengerikan Yuri, dia
kembali fokus menaruh dua manik matanya pada Sunny dengan nampan ditangan dan
senyum diwajahnya yang menghampiri lelaki di pojok caffe.
***
“Pesanan anda tuan…” ucap Sunny saat dia berhasil menjangkau
tempat si lelaki kemeja chekered.Lelaki itu yang tadi tengah sibuk
memperhatikan lalu lalang diluar caffe, menoleh kearah Sunny
dan tersenyum manis.
“Ah… terimakasih. Dan, kau bisa memanggilku Joonmyeon…” timpal
lelaki itu. Sunny menghentikan aktifitasnya menaruh pesanan diatas meja dan
menatap Joonmyeon. “Kau sudah bertemu denganku delapan kali disini. Ada baiknya
kita saling mengenal bukan… Sunny-ssi..??” lanjut Joonmyeon itu dengan
matanya yang mendapati nametag Sunny diseragamnnya.
“Ah,.. tentu,” jawab Sunny.
1 cup cappucino latte dan 1 slice red
velvet. Sunny menyebutkan menu pesanan Joonmyeon itu sebelum kemudian
dia meraih satu lagi cup dinampannya dan meletakan dimeja
Joonmyeon.
“Aku hanya memesan satu minuman, Sunny-ssi…” ucap
Joonmyeon itu saat melihat Sunny memberinya dua cup cappucino.
“Keberatan kutemani minum? itu untukmu dan ini punyaku…” jawab
Sunny yang kemudian duduk dikursi didepan Joonmyeon dan meraih minumannya.
“Oh… tentu saja tidak…” Joonmyeon merapatkan kursinya dan
tersenyum manis. “Mungkin semuanya akan terasa lebih baik jika kau menemaniku…”
lanjut Joonmyeon dengan senyum yang tidak lepas sedikitpun dari wajahnya.
Sunny berfikiran mungkin lelaki ini seorang hidung belang,
seorang playboy saat melihat gelagat JoonMyeon. Yang sama
sekali tidak keberatan dengan pelayan yang tiba – tiba duduk didepannya. Juga
satu lagi, senyum yang menurut Sunny sangat memancing.
Melihat senyumnya membuat tenggorokan Sunny kering seketika.
Dengan ragu Sunny meraih cupmiliknya dan menegak sedikit dengan
mata terpejam.
“Sudah berapa lama kau bekerja disini…” tanya Joonmyeon disela
kegiataannya menghabiskan setengah dari red velvet miliknya.
“Belum terlalu lama…” jawab Sunny singkat membuat Joonmyeon yang
saat itu tengah memandangi Sunny tertawa kecil. “Kenapa??” tanya Sunny.
“Tidak – tidak…” Joonmyeon melambaikan tangannnya
membentuk gesture ‘tidak apa – apa.’ Masih dengan senyum
diwajahnya, Joonmyeon beralih pada cup didepannya kemudian
menegak cairan coklat itu.
Sunny memasang matanya tepat pada lelaki bernama JoonMyeon
didepannya. Ketika Joonmyeon mengambil cup miliknya dan
menegak minuman itu tanpa ragu. Sunny penasaran dengan ekspresi apa yang akan
lelaki itu keluarkan. Setelah delapan kali berulah mengatakan tidak manis sama
sekali dengan minumannya, kali Sunny memberikan minuman yang sama sekali tidak
manis. Tiga sendok gula dia ganti dengan tiga sendok coklat bubuk, cukup imbang
untuk satu rasa pahit menusuk bukan. Sunny tersenyum dalam diam membayangkan
apa yang dia tuangkan dalam Cup itu.
JoonMyeon terlihat mem-pause tegakannya. Dia
kembali meletakan Cup miliknya yang sepertinya hanya baru satu
tegakan masuk kedalam tenggorokannya.
“Untuk kali ini, rasa manisnya pas,” ucap joonmyeon sambil
meraih tissue didepannya untuk mengelap noda coklat diujung
bibirnya. “Terimakasih untuk minuman yang sangat manis ini..” lanjutnya sambil
tersenyum.
Ini gila fikir Sunny. Saat dia memasang manis yang pas lelaki
ini akan protes, dan saat dia memberikan pahit lelaki ini mengatakan sangat
manis.
“Tentu, aku fikir kali ini aku memasang manis yang pas,” ucap
Sunny sambil mengeletukan giginya menahan amarah.
“Semua akan terasa manis, saat aku bisa menatap wajahmu lagi,
Lee SoonKyu.” Joonmyeon mendekatkan wajahnya kearah Sunny dan tersenyum.
Membekaskan keterkejutan pada Sunny. Terkejut untuk senyum JoonMyeon dan satu
nama yang dia ucapkan Lee SoonKyu.
“Siapa kau?” tanya Sunny dengan tatapan menghujani wajah
Joonmyeon.
“Sungguh buruk kau tidak mengenalku,”
Joonmyeon meraih kunci mobil dan handphone yang
tergelatak dimeja didepannya. Dengan satu gerakan dia memasukan benda – benda
itu kedalam sakunya dan meraih tangan Sunny beranjak dari tempat itu.
JoonMyeon melayangkan pandangannya ke counter
caffe. Saat mendapati lelaki dengan kemeja putih berdiri disana dia
melambaikan tangan.
“Hyeong, aku pinjam dulu pelayanmu sebentar,” teriak
Joonmyeon yang dibalas anggukan lelaki itu.
Dua pelayan yang berdiri dibalik counter menatap
lelaki kemeja putih yang dipanggil Hyeong dengan tatapan meminta
jawaban.
“Sudah kubilang mereka akan berakhir hari ini bukan?”
***
Sunny merasakan sekujur tubuhnya bergerak tanpa kendali dirinya.
Bagaimana bisa dia membiarkan lelaki itu menarik tangannya begitu saja, yang
berujung dia juga membuat Sunny didalam mobilnya.
Dalam situasi normal Sunny mungkin akan berontak, tapi ada satu
kondisi dimana Sunny merasa semua ini seperti flashback film.
Saat lelaki bernama Joonmyeon yang saat ini duduk dibalik kemudi mobil
mengucapkan satu nama ‘Lee SunKyu.’
Sunny kembali menyelami memorinya, tentang nama Lee SunKyu, nama
kecilnya. Ya, dulu nama Sunny adalah Lee SunKyu, tapi tidak bertahan lama
sampai dia mengganti nama menjadi Lee Sunny sejak menginjak umur 10 tahun.
Tidak banyak yang mengetahui tentang nama masa kecilnya, hanya keluarga dan
beberapa orang dimasa lalunya.
Dan Sunny yakin tidak ada anak bernama Kim JoonMyeon dimasa
lalunya. Tidak. Tapi kemabli mengingat cara JoonMyeon tersenyum, mengingatkan
Sunny pada senyum seseorang.
“Masih belum mengingatku?” tanya JoonMyeon memecah kesunyian
didalam mobil itu. Dia melirik Sunny yang masih membatu dijok sebelahnya.
“Dari mana kau-” Sunny tidak menyelasikan kalimatnya. Diliriknya
JoonMyeon disampingnya dan kembali menatapnya dengan teliti. Tapi nihil. Perubahan
mungkin membawa efek besar, Sunny sama sekali tidak ingat siapa orang itu.
“Kau masih tidak suka saat ada orang dari masa lalu memanggilmu
Sunkyu?” tanya JoonMyeon. “Sudah kukatakan, saat ada seseorang yang mengejekmu
beri tahu aku. Saat itu akan kutunjukan pada mereka arti dibalik namamu. Apa
kau lupa semua itu?” lanjut JoonMyeon yang saat itu juga melemparkan satu
senyuman manis pada Sunny.
Sunny terhenyak.
Kalimat itu tidak pernah dia lupa. Seperti melihat buku masa
lalu, lembaran demi lembaran kejadian tergambar dibenak Sunny. Kejadian dimasa
Sunny sering menangis dibelakang rumah karena mereka yang mengejek nama Sunny,
kemudian akan ada satu tangan yang menepuk punggungnya pelan dan berkata ‘harusnya
kau bilang arti dibalik namamu, agar mereka tidak melakukan ini lagi.’
Sunny melirik lagi Joonmyeon dan tanpa terasa air matanya
menetes dimana menit selanjutnya juga membawa suara isakan.
“aku fikir kau sudah tahu siapa aku,” jawab Joonmyeon. Melihat
Sunny yang menangis joonmyeon mengulurkan tangannya dan menepuk punggung Sunny
pelan.
Sunny menahan tangan itu dan menatap siempunya. “Kim Suho….”
ucap Sunny dengan suara bergetar.
“Ehem….. This is me SunKyu-ya… Kim Suho,”
jawabnya. Joonmyeon atau Suho memarkirkan mobilnya dipinggir jalan
sepi. Dia menghampiri SunKyu dan memeluknya pelan.
Sunny menghambur kedalam pelukan JoonMyeon. Kim Suho sosok bocah
kecil yang sangat Sunny kenal dimasa lalu. Ayah Sunny merupakan dokter dirumah
sakit anak, saat itu dia memiliki pasien bernama Kim Suho. Seorang bocah lelaki
kurus, yang mengidap kelainan ginjal.
Sunny sering mengunjungi ayahnya kerumah sakit dan inilah yang
membuat dia kenal juga akrab dengan Suho. Tapi tidak bertahan lama. Tiga tahun
kemudian, Suho pindah ke amerika dengan alasan untuk mempercepat proses transplantasi ginjal
karena dikorea masih sulit untuk menemukan donor.
Sunny yang saat itu masih kecil, mengira kepergian Suho yang
tidak kunjung kembali adalah sebuah kematian. Mengingat Sunny tahu bahayanya
penyakit Suho.
“aku fikir kau sudah mati,” ucap Sunny dalam pelukan Suho.
Suho yang mendegar kalimat itu terhenyak. Dia melapaskan
pelukannya dan menatap Sunny dengan mata membulat. “Mwo?? Aku mati?
Siapa yang membuat berita seperti itu?” tanya Suho lagi.
“Kau tidak mengabariku, tidak mengabari Ayahku, juga tidak
mengabari siapapun saat itu. Ayah bilang penyakitmu parah, makanya aku fikir
mungkin kau gagal penyembuhan disana.”
Suho kembali membulatkan matanya dan terperangah. “My
God. Jadi selama ini kau mengira aku sudah tidak berpijak dibumi?
Beruntung tuhan masih menyayangiku, coba imajinasimu itu menjadi kenyataan.”
“aku tidak tahu bodoh!” Sunny meninju bahu Suho pelan. “Dan
mengapa kau mengganti nama menjadi Kim JoonMyeon?” tanya Sunny.
“aku tidak tahu kalau kau sungguh akan mengganti nama menajdi
Lee Sunny, aku ingin menemanimu dengan memiliki nama kuno, maka dari itu aku
menggunakan Kim JoonMyeon. Tapi melihat sekarang kau menggunakan nama Sunny,
sepertinya aku akan mengembalikan namaku.” Jelas Suho panjang lebar.
“Ehm… aku lebih suka nama Suho. Terdengar bersahabat
ditelingaku. Nama JoonMyeon hanya akan mengingatkanku atas sikap anehmu selama
di caffe”
“Aku tidak menyangka kau benar – benar akan lupa wujudku.
Makanya aku mencoba untuk terus bertatap wajah denganmu. Berharap kau akan
mengenaliku, tapi ternyata nihil. Otakmu sungguh kering Sunkyu-ya” ucap
suho sambil menjitak kepala Sunny pelan.
“Sudah kukatakan, aku kira seorang Kim Suho sudah mati. Mana aku
berfikir seorang yang mati akan berkunjung ke caffe.”
“Ya ya ya! Berhenti mengatakan tentang kematian, kau membuatku
takut tau..”
“Ahahaha…. arraseo tidak akan aku ucapkan lagi,
karena sekarang Kim Suho ada didepanku.” Sunny kembali membaur kedalam pelukan
Suho. “jadi ada alasan khusus kah kau menghantuiku selama dua minggu ini?”
tanya Sunny.
Suho melepaskan pelukan Sunny, menangkup kedua pipinya dan
menatap tepat dikedua iris coklat Sunny. “Jadi kenapa kau kabur dari rumah?”
tanya Suho.
Sunny menurunkan tangan Suho, mengubah binar matanya menjadi
aura sedih. “Aku…”
***
Bisa dikatakan seorang Kim Suho adalah magnet terkuat dalam
hidup Sunny. Bila dia katakan A maka Sunny juga akan A, bila suho B begitu juga
dengan Sunny.
Saat Suho bertanya mengapa Sunny melarikan diri dari rumah, dan
menyuruhnya untuk kembali, disinilah Sunny sekarang. Kembali kerumah keluarga
Lee, kembali kekamar kuningnya. Suho berkata, umur 22 bukan ukuran anak kecil
untuk selalu menanggapi setiap masalah hanya dengan melarikan diri. Tidak ingin
disamakan dengan anak kecil, akhirnya Sunny terpaksa mengundurkan diriny
dari caffe yang selama ini menjadi tempat pelariannya, kembali
kerumah menjadi Nona Lee.
Sunny baru kembali dari acara makan malam bersama ayah, ibu dan
adiknya saat dia menerima panggilan dari nomor tidak dikenal. Menutup pintu kamar
dan menjatuhkan tubuhnya diatas kasur kuning, Sunny menerima panggilan masuk
itu.
“Halo.” Ucap Sunny.
“Hey! Lee SunKyu, apa kabarmu?” suara disebrang sana.
Sunny memposisikan tubuhnya duduk dengan bantal hati
dipangkuannya. Sunny menautkan kedua halisnya, mencoba mengenali suara
disebrang sana. Setiap yang memanggil dia Sunkyu itu berarti orang yang dia
kenal.
“jangan bilang kau juga tidak ingat dengan suaraku,” ucapnya.
“Ehm….” Sunny ragu untuk mengutarakan tebakannya. “Taeyeon eonni…?”
jawab Sunny ragu.
Terdengar suara tawa disebrang sana, Sunny menghembuskan nafas
lega. Tebakannya betul. Siapa lagi perempuan dari masa lalu yang memiliki suara
tawa seperti itu.
“Joon- ah maksudku Suho, menceritakan tentang pertemuan kalian
tadi siang. Jadi sungguh kau mengira dia telah mati?” tanya Taeyeon dengan
suara yang masih menyisakan tawa.
“Ahaha… kalian sama sekali tidak ada kabar eonni, ayah
juga tidak mengabariku apa pun jadi aku fikir dia gagal pengobatan.”
“Beruntung imajinasimu tidak jadi kenyataan Sun,”
“Mianhae eonni aku tidak bermaksud menyumpahi adikmu
bernasib buruk, hehehhe. Jadi kapan tepatnya kalian kembali ke korea? Kenapa
baru mengabariku sekarang?” tanya Sunny. Tadi siang dia sama sekali tidak
menanyakan tentang kabar Suho, mereka terlarut dengan perbincangan tentang
alasan Sunny meninggalkan rumah.
“Baru mengabari? Apa kau yakin Sun?” tanya Taeyeon dengan nada
ragu. “Aku dan Suho sudah sekitar empat bulan disini, sedangkan orang tua kami
baru sebulan yang lalu. Dan asal kau tahu, Suho telah membututimu sejak sebulan
yang lalu. Termasuk insiden ditempatmu bekerja.”
“Jadi? Eonni tahu tentang semua ini? Tentang
Suho yang mencoba mempermainkanku?”
“Aku dibungkam oleh sesuatu yang menguntungkan untuk tutup mulut
olehnya. Ahahaha ”
Sunny dan Taeyeon larut dalam perbincangan menyenangkan.
Layaknya teman lama yang baru bertemu meskipun pada kenyataannya seperti itu
kondisi mereka. Mereka membicarakan tentang Suho dan proses penyembuhannya saat
itu, tentang TaeYeon dan kekasihnya yang merupakan pilihan Suho, juga tentang
kegiatan sebulan Suho membuntuti Sunny. Kesimpulannya, Sunny tahu banyak
tentang kabar Suho malam ini.
Tentang dia yang sudah sembuh total dari penyakitnya.
“Jadi, apa besok kau tidak ada janji?” tanya Taeyeon tiba – tiba.
Sunny baru akan mengatakan ‘tidak ada’ dan berencana
menghabiskan hari dikeluarga Kim tapi dia teringat akan janji dengan ayahnya.
“Maaf, eonni aku besok ada janji dengan ayah,”
jawab Sunny dengan nada kecewa.
“Untuk?” tanya Taeyeon mencoba lebih mendetail.
“Ada perkumpulan keluarga eonni, mungkin lain
waktu aku akan berkunjung kerumahmu.”
Percakapan berakhir dengan Taeyeon menagih janji Sunny untuk
berkunjung kerumahnya dan menghabiskan waktu bersama.
Baru Sunny akan mematikan lampu kamarnya, satu pesan masuk kehandphonenya.
Kim Suho.
‘kau sudah bertatapan langsung dengan masalahmu? Jangan bilang
kau hanya kembali kerumah dan membiarkan semuanya terjadi? Ayoo lah Lee
Sunkyu…’
Sunny memutar bola matanya. Kejadian itu baru saja akan Sunny lupakan,
dan bersiap tidur lelap, tapi Suho kembali mengingatkannya. Alasan mengapa
Sunny meninggalkan rumah, alasan mengapa Sunny berkerja di caffe untuk
menyambung hidupnya.
Karena satu alasan.
Sebuah perjodohan.
Ayah Sunny merencanakan sebuah perjodohan. Ini tidak masuk akal
baginya. Umurnya masih terbilang muda untuk segera mengusung sebuah pernikahan
dan dengan kasus perjodohan ini sungguh memberatkan Sunny.
Secara garis besarnya Sunny menolak semua itu apapun alasan sang
ayah. Meninggalkan rumah dan mencoba melarikan diri dari masalah perjodohan
itu.
Sunny meraih ponselnya dan mengetik dengan cepat.
‘Asal kau tahu, hari ini adalah hari paling melelahkan dalam
hidupku. Tidak ada sisa tenaga untuk melawan masalah itu. Sekarang yang aku
butuhkan adalah tidur baru besok aku berencana berperang dengan si masalah. Dan
KAU! Jangan ganggu aku.’
-Sent.
***
Terduduk didepan meja rias, Sunny pasrah untuk menjadi boneka
ibunya. Satu yang dia ucapkan sejak pagi ‘Ini hari istimewamu Sunkyu, ibu
ingin kau terlihat menawan didepan calon suamimu.’ Yah… Sunny sependapat.
Setidaknya Sunny juga ingin tampil menawan untuk melangsungkan perang.
Kim Suho.
‘Perlu bantuanku untuk berperang hari ini? Mungkin aku bisa pura
– pura menjadi kekasihmu dan membawamu pergi.’
Satu pesan masuk dari Kim Suho. Baru Sunny akan membalas pesan
itu, satu ketukan terdengar dari pintu kamar Sunny.
“Noona, mereka datang. Ayah menyuruhmu segera
turun.” Ucap Sehun –adik Sunny- dari depan pintu.
“Ehm… segera,” jawab Sunny.
Sekali lagi Sunny memastikan bayangan dicermin. Meraih ponsel
miliknya dan membalas pesan Suho.
‘Aku bisa melakukannya sendiri….’
-Sent.
Sunny beranjak dari kamarnya yang berada dilantai dua. Berjalan
menuju tangga, dengan hati berdebar dia menuruni setiap anak tangga yang akan
menuntunnya menuju ruang tamu.
Berperang tentu menyisakan rasa takut bukan? Sunny takut dia
tidak cukup kuat untuk melawan, Sunny takut ayahnya sama sekali tidak ada
dipihaknya. Kembali terfikir haruskah Sunny menerima
tawaran Suho untuk membantunya.
Langkah Sunny tiba dianak tangga terakhir. Terdengar suara
beberapa orang dari ruang tamu tengah larut dalam perbincangan. Sunny
mempercepat langkahnya, setelah berbelok kesebelah kanan dari arah tangga, dia
sampai ruang tamu.
Sunny terdiam membatu.
Ada ayahnya, ibu dan Sehun adiknya yang tengah duduk disana. Dan
dikursi sebrangnya ada empat orang tengah duduk dan sekarang beralih memandang
Sunny. Empat orang yang sangat Sunny kenal. Empat orang itu adalah keluarga
Kim. Tuan Kim, Ny.Kim, Kim Taeyeon dan…. Kim Suho.
Sunny masih terdiam disana memandangi setiap mereka yang tengah
duduk, saat dia merasakan ponsel dalam genggamannya bergetar.
Kim Suho.
‘Tapi aku sudah terlanjur dirumahmu, ayo kita berperang
sekarang.’
Satu pesan yang membuat Sunny melanjutkan langkah kemudian duduk
disamping Ayahnya.
“Jadi apa kau menyesal dua bulan ini meninggalkan rumah karena
rencana perjodohan ini?” tanya Ayah Sunny saat putrinya duduk disampingnya.
“Sunkyu-ya bertanya itu sesuatu yang penting sebelum
memecahkan masalah,”
“Noona sudah termakan emosi terlebih dahulu.”
Setiap orang disana mengeluarkan komentar masing – masing dari
mulutnya. Tapi tidak satupun yang Sunny tanggapi, matanya masih terpaku pada
lelaki dengan tuxedo didepannya. Lelaki dari masa lalunya, lelaki yang
menghantui hidupnya selama dua minggu ini.
Satu pesan kembali masuk di ponsel Sunny.
Kim Suho.
‘Aku menepati janji dari masa lalu’
.
Kim Suho
‘Apa kau sadar apa yang sedang terjadi.?’
Sunny kembali menatap Suho kemudian satu senyum terukir
diwajahnya disertai anggukan kecil.
***
“Ini hadiah pertama dariku untukmu, Sunkyu-ya, hadiah
persahabatan.” Seorang bocah kecil memberikan sebuah cincin yang terbuat dari
rumput liar pada gadis kecil didepannya.
“Cincin? Hadiah persahabatan?” tanya gadis kecil bernama Sunkyu
sambil menerima cincin itu. “Persahabatan tidak ditandai dengan sebuah cincin
Suho, cincin hanya untuk mereka yang menikah. Kau tahu ayah ibuku juga memiliki
cincin yang sama dijarinya.” Lanjut Sunkyu, dia mengembalikan cincin itu pada
anak bernama Suho.
Suho menerima cincin itu dan menatap Sunkyu. “Benarkah? Padahal
aku mengahabiskan pagiku hanya untuk membuat ini..” ucap Suho. Kali ini dia
juga melepas cincin rumput yang telah melingkar di jarinya.
Bangun pagi dan menghabiskan pagi ditaman memang sesuatu yang
sulit bagi Suho. Mengingat ada beberapa pengobatan yang dia harus lalui dipagi
hari. Saat inipun mereka bermain ditaman dengan Suho yang masih memegang selang
infus.
Melihat apa yang Suho kerjakan menjadi sia – sia, Sunkyu merasa
bersalah. Dia memasang senyum kemudian mengambil kembali cincin ditangan Suho.
“baiklah, akan aku pakai cincin ini….”
Suho tersenyum. Dia juga memasangkan kembali cincin dijarinya.
“Aku memberikan cincinnnya sekarang, tapi kita menikah nanti saja bagaimana?
Saat aku sudah sembuh dan keluar dari rumah sakit ini kita akan
menikah,” ucap Suho dengan senyum polosnya.
Sunkyu memasang senyum lebar dan menatap Suho bahagia.
“Benarkah? Aaaa~ aku dan Suho akan menikah,” jerit sunny. “Ini akan menyenangkan
Suho-ya, kita akan bisa bermain bersma setiap hari, makan bersama,
nonton tv bersama, seperti yang dilakukan ayah dan ibu..”
Suho membalas dengan anggukan semangat. Seorang suster menjemput
Suho, waktu menandakan jadwalnya untuk minum obat. Setelah melambai satu sama
lain, Suho pergi meninggalkan Sunkyu yang masih ditaman.
“Ayah, aku akan menikah dengan Suho saat dia sembuh nanti,” ucap
Sunny dengan wajah berbinar saat dia bertemu ayahnya.
*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar