My Old Story
Author : Pabo Namja
Cast : IU,
Zhang YiXing, Park ChanYeol
Type : Oneshot,
Ficlet
Genre : Romance
Inspired from IU’s song ‘My Old
Story’
**
Its not about why i keep always
this memory,
But because i know how precious
the memory,
Time can’t turn back, and i
can’t live with past memory
So this is just another story
.
.
My Old Story
.
Hujan yang turun mendadak, membuat gadis berambut coklat sebahu
ini terpaksa harus menghentikan langkahnya berteduh disalah satu caffe dikawasan Hongdae. Ini diluar prediksi. Seharusnya
kurang dari dua puluh menit lagi dia harus sudah berada disalah satu restoran
yang berada beberapa block dari sini. Tapi dia tidak bisa memaksa diri untuk
terus melangkah kecuali dia rela dandanan manisnya akan terhapus air hujan. Dan
itu sangat tidak boleh terjadi.
“Satu moccahino tanpa whiping
cream,” jawab perempuan itu saat seorang pelayan mendekatinya.
Perempuan itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru caffe yang penuh dengan mereka yang
rata – rata juga tengah berteduh. Pesanannya tiba. Untuk menghilangkan dingin,
perempuan itu menyesap pelan moccahino yang masih mengepul itu dengan
mata terpejam. Dan ketika itu kedua telinganya mendengar satu dentangan melody
yang sangat ia kenali.
Satu suara senar gitar yang begitu lembut dengan lagu yang
sangat ia kenal mulai mengalir lembut mengalahkan suasana dingin saat itu.
Perlahan dia menaruh cup mocchanio yang masih terisi penuh itu
kemudian melangkah menuju suara itu berasal.
Berada didepan caffe, sebuah panggung musik kecil
dengan beberapa anak muda yang tengah memainkan musik beraroma hangat ini.
Gitar, biola, drum dan satu orang melantunkan suaranya.
Perempuan itu tanpa sadar sudah berdiri didepan panggung kecil
mendengarkan setiap bait lagu yang mengalir dengan segenap hatinya. Bukan
karena dia mengenal para pemain musik itu, bukan karena dia penggemar mereka,
bukan. Tapi karena lagu yang menyimpan kenangan besar untuknya.
‘Do you
remember that lonely alleyway?
I still remember now’
I still remember now’
.
.
“Apa susahnya kau katakan ‘Lee Jieun Aku mencintaimu….’,” ucap
seorang murid perempuan memecah keheningan antara dia dengan lelaki yang tengah
berjalan didepannya.
Lelaki yang juga menggunakan seragam yang sama dengan Jieun,
membalikan badannya kemudian menatap Jieun takjub.
“Aku sudah tahu semuanya, anak – anak juga sudah tahu semuanya,
kenapa kau tidak bilang sendiri padaku dan mengakhiri semua ini,” lanjut Jieun
lagi dengan wajah kesal. Musim panas yang saat itu mulai menyapa Seoul membuat
keringat mulai bercucuran dari dahinya.
“Kau mencintaku bukan?” tanya Jieun lagi. Seakan dia tidak
memberi waktu pada lelaki didepannya untuk berkata sedikitpun. Karena Jieun
terlalu takut jika lelaki itu berbicara hanya akan melukai harapannya.
“Kau selalu memperhatikanku, tersenyum manis padaku, selalu
menanyakan keadaanku pada teman sekelas, mengantarku pulang seperti sekarang,
menemaniku saat kesepian, bisakah kau pertegas semua ini, ”
Lelaki itu kembali tersenyum yang meninggalkan sepasang lesung
pipi pada wajahnya. Dan itu sangat manis. Lelaki itu berjalan menuju Jieun
kemudian berhenti saat jarak mereka sangatlah dekat.
“Kau tahu,” ucap lelaki itu. “Satu tahun terkahir ini merupakan
waktu terlelah bagiku. Aku harus melalui hari tanpa bisa mengatakan dengan
bibir ini bahwa aku mencintaimu, karena hati ini sejak setahun lalu sudah
merapalkan kalimat itu, sayang bibir ini terlalu penakut,” lanjut lelaki itu
yang berhasil membungkam Jieun.
“I Love You….”
Dan hari itu Jieun mendapatkan fakta yang dia harapkan. Bahwa
seorang Yixing ternyata mencintainya.
The
anxious days when I couldn’t tell you I loved you
Did you know about that?
Did you know about that?
.
.
Jieun membuka matanya saat Yixing mengakhiri pertunjukannya. Ah,
ini hanya sebuah pertunjukan dimana Yixing bernyanyi sambil memainkan gitarnya
dengan Jieun dan langit malam sebagai penontonnya.
“Bagus,” suara Jieun sambil bertepuk tangan.
“Nanti, saat kau mendengar lagu ini pastikan aku yang ada
dibenakmu,” jawab Yixing sambil kembali duduk disamping jieun setelah merapihkan
gitarnya.
“Ahahaha, bertambah lagi hal yang mengingatkanku padamu,” ucap
Jieun.
“Memang apa saja,” tanya Yixing penasaran.
“Banyak, semua yang kau lakukan, lagu ini dan…” Jieun
menghentikan kalimatnya, dia menggeser duduknya mendekati Yixing kemudian
secara cepat dia menempelkan bibirnya pada pipi putih Yixing. Ya, malam itu
mereka berbagi satu ciuman manis. “Dan ciuman ini,” lanjut Jieun yang dibalas
senyuman sangat manis dari Yixing.
If you
hear this song, please come to me
My dear, I’m waiting
My dear, I’m waiting
.
.
Ternyata benar menurut Jieun. Terlalu banyak yang harus dia
ingat tenang Yixing.
Tentang seperti apa Yixing mengejarnya, cara mereka menjadi
sepasang kekasih, lagu yang Yixng nyanyikan untuknya dan satu ciuman dibawah
langit malam waktu itu. Dan kini kembali bertambah yang harus Jieun ingat,
ketika dia harus menerima kenyataan Yixing harus pindah bersama orang tuanya.
Tanpa meninggalkan pesan, Yixing pergi menghilang dari kehidupannya.
“Apa gunanya kau mengungkapkan cinta padaku bila berakhir
seperti ini,”
You
childish person
You try to take all of me, you heartless person
You try to take all of me, you heartless person
.
.
Jieun merasa tertarik kembali ke masa lalu saat mendengar lagu
ini. Lagu yang Yixing nyayikan untuknya dimasa lalu. Jieun mengerjapkan matanya
beberapa kali. Bukan karena dia menangis merindukan Yixing. Bukan. Tapi karena
betapa mengharukannya hidup Jieun, ketika dia bahkan masih mengingat semua hal
tentang lelaki itu.
“Apa boleh buat, dia bilang lagu ini untukku,” ucap Jieun sambil
tertawa.
“Lagu siapa untuk siapa?” satu suara berbisik lembut ditelinga
kiri Jieun membuatnya terlonjak kaget. Seorang lelaki bertubuh jangkung dengan
senyum lebar yang selalu menghiasi wajahnya. Kekasihnya.
“Kau menganggetkanku,” bisik Jieun.
“Perasaan aku belum pernah menyanyikan lagu ini untukmu,” ucap
Chanyeol sambil berpura – pura berfikir.
“Sudahlah, ini hanya bagian dari masa lalu yang tidak perlu kau
gali,” jawab Jieun sambil merangkul tangan Chanyeol.
Chanyeol mengalihkan tangannya dengan merangkul Jieun manja.
“Tentu, karena aku hidup dimasa kini bukan dimasa lalu,” jawabnya. “Ayo, aku
datang kesini untuk menjemputmu tuan putri, kau ingin segera bertemu dengan
ayah dan ibu mertua bukan? ahahah” lanjut Chanyeol lagi.
“Tentu pangeran,” jawab Jieun sambil bergelayut manja dilengan
panjang Chanyeol melangkah meninggalkan tempat itu.
Kenangan boleh saja masih Jieun simpan dalam hatinya. Mengingat
semua bagian dari masa lalunya. Tapi masih banyak hal dari masa kini yang harus
dia ingat, terutama lelaki yang selalu memberinya senyuman manis yang akan
segera menjadi pendamping hidupnya.
The
beautiful nights of the past when we were childish
I am still in love
I am still in love
END.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar