.

Selasa, 17 Juni 2014

[FANFICTION] GOODBYE SUMMER ; ONE WORD




Goodbye Summer : “One Word”

Author : Pabo Namja
Cast : Kim JoonMyeon, Lee SunKyu
Type : One Shoot
Genre Romance, School Life
‘Inspired from f(x) Song GOODBYE SUMMER’

**

“I remember when we were yelled at for talking in the halls
I don’t know why it was so fun even when we were being punished
After that day, we always
Stuck together like the Astro twins, you were me and I was you”

***

“Sunny kembalikan,, hey… kembalikan…”

Aku tahu, Jessica saat ini mungkin sedang merasa status Princessnya terancam. Maksudku martabatnya sebagai gadis ‘Anggun, Penuh Harga Diri dan Dingin’. Ya, semua ke-Princess-an Jessica akan hancur bila secarik kertas berwarna hijau tua ini aku berikan kepada lelaki berambut blonde, ehm.. kurus, Tingi, sok’ terkenal dan sedikit memiliki Prince syndrome, siapa lagi dia kalau bukan Kris. Lelaki paling bersinar kelas sebelah.

Surat cinta???

Yeps…

Tidak mempedulikan teriakannya yang seperti jeritan lumba – lumba di padang pasir, aku terus berlari melewati lorong kelas dan rombongan murid yang siap menghajar kantin. Oh Yeah.. aku lupa sekarang waktu istirahat, membuatku harus berjejal melawan arus manusia kelaparan.

“Sun… pliss….”

“Ahahaha… huh huh.. tidak.. ini pembalasan dendamku,, Tuan Putri…”

Aku memang tidak handal dalam hal berlari, tapi dibanding Jessica aku masih unggul. Hahah… dia tertinggal jauh dariku. Aku tahu dia tidak akan meneruskan larinya mengejarku, kulihat dia terduduk pasrah, oh look Princess syndromenya sedang dalam mode ON. Hahaha… Apa surat  ini benar – benar harus aku berikan.?
Ini pembalasan Jessica Jung,, siapa suruh kau mengatakan pada Lee kalau aku yang selama ini chating dengannya. Memalukan sekali. Kau berhasil menumpahkan seember malu tepat diwajahku. Aku bahkan malu saat membayangkan kejadian setiap berpapasan dengan Lee. Oh Yeah,,, lupakan saja hal memalukan itu.

Dan kau Jessica… kau harus merasakan malu yang kurasakan,, hehehehe…

“Ya.! Jessica, kau menyerah begitu saja…??” teriaku karena jarak antara kami sudah lumayan jauh.

“Ya…! Sicca.. Sicca… ” aku menghentikan lariku, melambai – lambaikan kertas hijau itu. “Tamat kau tuan Putri.. ” ledekku.

Ahaahhh… semua belum berakhir, kulihat dia mulai menggenjot tenaganya untuk mengejarku lagi. Aku tidak akan kalah.

Aku berjalan mundur dengan setengah berlari, terus mencoba membangkitkan semangat terancam Jessica dengan melambaikan kertas hijau ini.

“Ayoo ambil ini Jessica…” ohh… aku terlalu bersemangat, aku bahkan tidak bisa menghentikan tawa ini.

“Sun awas………”

Kata awas adalah sebuah peringatan. Ingat Sunny ‘Awas’ adalah peringatan. Seharusnya aku menghentikan langkah dan segera berbalik saat Jessica meneriakan kata itu. Tapi apa daya, Happy Virus sedang menghinggapiku, aku tidak berhenti tertawa sambil terus meledek Jessica, sampai pada akhirnya….

PRANGGG….!!!!!!!

“A-was…..”

Dan tiba – tiba tempat itu riuh dengan murid yang berjejal ingin melihat kejadian dengan jelas. Suara ribut sudah pasti tidak bisa dihindarkan, dari mulai ‘omg…’, ‘Ya ampun’,’hahah’, ‘Kyaa~~’ . Tunggu kenapa ada yang menjerit..??

Bukan…

Aku tidak apa – apa. Aku tidak menubruk kaca kelas, kemudian serpihan kaca besarnya menancap dramatis dikepalaku, darah membanjiri lorong kelas, murid berkumpul sampai ada yang menjerit. Tidak – tidak seperti itu. Aku baik – baik saja.

Ya.. sepertinya untuk saat ini aku baik – baik saja.

Oh my god….

Aku yang masih mencengkaram kertas berwarna hijua dan terpaku menatap beberapa mata yang menatapku balik dengan tanda tanya yang terpampang di dahi mereka, aku baru tersadar dari blankotaku saat suara seseorang menyerukan ‘oh my god.

Oow…

Ternyata penyebab keributan ditengah jam istirahat ini adalah, Sunny murid kelas 2B menabrak seorang murid laki – laki yang sedang membawa meja kelas dan berakhir tragis menghantam kaca kelas. Ok, setidaknya bukan kepalaku ataupun kepala lelaki itu yang tertancap serpihan kaca, tapi buruknya kaca kelas itu hancur total.

“Apa kaca ini benar – benar hancur…” Oh.. gila Sun apa maksud pertanyaanmu.

“Sun kau baik – baik saja..??” Jessica menghampiriku, dia menatapku khawatir dan berganti menatap nasib kaca kelas yang hancur.

“Kau menghancurkannya Nona,, dan terlihat jelas kaca itu hancur..” jawab lelaki si pembawa meja disebelahku. Hey, siapa dia,,? Bahkan aku belum pernah melihat lelaki ini sebelumnya..?
“Kau yang membawa meja itu, aku bahkan tidak bertanggung jawab atas meja itu, benarkan Sicca..??” Yap.. benar, bukan aku yang menghancurkan kaca itu tapi meja yang dia bawa. Benar.

“Tapi kau yang menyenggolku dan berakhir seperti ini…”

“Harusnya ada yang memperingatiku,”

“Aku sudah meneriakimu tadi Sun…” Oh Jes,  kau tidak membantu.

Apakah ini salah satu bentuk balas dendam Jessica? Dia sama sekali tidak membelaku didepan lelaki asing ini. Dan Jessica, perlahan dia menggengam tanganku, ku kira itu salah satu bentuk penyemangatan teman, nyatanya .. ZONK.. itu tipuannya untuk mengambil surat hijau ditanganku dan pergi  melarikan diri. Good Job.

“Selamatkan dirimu sendiri Sun,, setidaknya aku berhasil menyelamatkan diriku, hahaha”

“YA….!!! JESICCA JUNG…” aku baru berencana berlari untuk mengejar tuan putri itu, tapi satu tangan menahanku.

“Kau tidak berencana untuk melarikan dirikan Nona…”

Tunggu, apa tadi aku berniat melarikan diri..? aku hanya berniat berlari mengejar Jessica…!!!

“Aku tidak mengerti tentang semua ini, tentang dirimu yang membawa meja ditengah keributan dan tentang aku yang-”

“OMG…!!! ULAH SIAPA SEMUA INI…???”

Ok, aku belum selesai dengan penjelasanku, tapi satu suara tinggi menginterupsi.

Aku hanya memutar bola mata dan mengubah posisiku menghadap perempuan yang sekarang sedang menatap ku ah bukan, menatapku dan lelaki asing disampingku. Mrs. Cross.

“Suho, bisa kau jelaskan ada apa ini..??”

“Seperti yang ibu lihat… kaca kelas hancur..”

“Aku tahu itu, pasti ada penyebabnya..”

“Karena-”

“Simpan alasan kalian dan ikut aku keruang konseling sekarang..!! Suho dan kau…”

Mrs. Cross mengenal lelaki disampingku, tapi dia tidak mengenalku? Hey, aku sudah menghuni sekolah ini satu tahun. Dia menatapku meminta pertanyaan tentang identitasku. Oh Man…menyedihkan.

“Sunny Mom…” jawabku.

“Ok,, Suho Sunny ikut aku sekarang..!!”

Ruang konseling…!

Apa yang akan terjadi sekarang? Bukan pertanda baik saat muridSailMoon masuk ruang itu. Termasuk aku kali ini.

“Berikan alasan yang masuk akal, buat seolah itu ketidaksengajaan ok..” ucapku berbisik, saat langkah ini sudah sejajar dengan si lelaki.

“Apa itu berbohong..” jawabnya sambil menoleh dan tersenyum.

Yeah… sedari tadi aku hanya terfokus pada kaca, meja, surat Jessica, riuh murid dan Mrs. Cross, aku tidak memperhatikan lelaki ini. Dia tampan.

Untuk 10 detik aku cukup terpesona. Namun sesegera mungkin aku menghilangkan semua itu.

“Sedikit.. mungkin…” jawabku sambil memberi kode dengan jari ku.

“Kita lihat saja nanti, ayo cepat.”

Grapp.

Dia menggenggam tanganku menuntunku untuk berjalan cepat.

Ok Sun, saat keluar dari ruang Konseling nanti kau harus tau siapa lelaki ini. HARUS.
Hehehe
.
.
.
“SUNNY LEE MURID 2-B MENGAKUI SEMUA KESALAHAN YANG MENGAKIBATKAN KERUSAKAN FASILITAS SEKOLAH DAN MENIMBULKAN KERIBUTAN DI JAM ISTIRAHAT. DENGAN INI MEMINTA MAAF DAN BERJANJI AKAN MEREFLEKSIKAN SEMUA TINDAKAN GEGABAH ITU.”

Sounds ashamed.

Satu jam mata pelajaran aku habiskan dengan duduk bersidekap di lorong kelas dengan kedua tangan diangkat keatas, dan meneriakan kalimat yang tertulis disecarik kertas dari guru konseling sebagai refleksi diri atas keributan tadi. Oh Yeah…

Rock U Sun…

Memecahkan kaca kelas, menjadi pusat perhatian dan sekarang harus mengucapkan kalimat – kalimat ini disaat murid lain sibuk didalam kelas. Guru konseling memang tidak menyuruhku untuk merapalkannya dengan berteriak. Tapi, This is my STYLE…
Dan aku yakin, mulai besok bila ada yang bertanya ‘Kau kenal Sunny?’ akan terkuak kembali kejadian hari ini. Bye~

“SUHO KIM MURID PERTUKARAN 2-E MENGAKUI SEMUA KESALAHAN YANG MENGAKIBATKAN KERUSAKAN FASILITAS SEKOLAH DAN MENIMBULKAN KERIBUTAN DI JAM ISTIRAHAT. DENGAN INI MEMINTA MAAF DAN BERJANJI AKAN MEREFLEKSIKAN SEMUA TINDAKAN GEGABAH ITU.”

Aku menghentikan rapalanku dan kulirik lelaki yang terpaut dua pintu sebelah kiriku, si lelaki pembawa meja yang sekarang aku tahu namanya SUHO. Suho? Dan dia murid pertukaran? Pantas Mrs. Cross mengenalnya.

Dua jam berlalu seperti itu terkadang aku berhenti merapalkannya melirik Suho, dan tertawa mengejek yang kemudian dia memberi kode untuku melanjutkan hukuman. Atau kadang aku mengajaknya bercanda yang berujung teguran dari guru didepan kelas kami, yang katanya suara tawaku lebih mengganggu dari pada suara teriakan tadi.

“Tenggorokanmu baik – baik saja?? Mr. Wins tidak menyuruh kita untuk berteriak, kkk~” Suho kembali dari counter minuman dingin dan memberiku satu cup dingin orange float. Yeah.. hukuman kami sudah berakhir tersisa waktu satu jam sebelum masuk mata pelajaran selanjutnya, tapi kami memutuskan untuk ke kantin.

“Agar mereka tahu, aku sungguh MENYESAL…” jawabku. “Ah.. kita melalui waktu 2 jam tanpa kenal satu sama lain..” tepati niatmu Sun.. hehe dan kuulurkan tanganku.

“Kim JoonMyeon..” jawab lelaki itu sambil menerima jabat tanganku. Tunggu kenapa namanya berubah?

“Kim Joon..Joon… bukan Suho..?? ” tanyaku dengan terbata saat mengucapkan nama yang dia ucapkan.

Suho tersenyum. Hei.. itu sangat manis. “Aku murid transfer dari korea, nama asliku Kim JoonMyeon, tapi lidah penduduk sini terlalu sulit untuk merapalkan namaku, contohnya kau barusan, makanya aku menggunakan nama pendek Suho… terdengar lebih mudah untuk kalian bukan…”

“Ahh… Yeps.. Suho lebih mudah ah namaku Sunny, tapi teman – teman lebih memanggilku Sun.. aku murid 2-B…”

“ahh,, senang berkenalan denganmu Sun,,”

“Jadi kau dari Korea sendiri..?” pertanyaan bodoh macam apa lagi ini, sejak kapan murid transfer hanya seorang diri.

“Tidak, dari korea ada Chen di 2-A dan Lay di 2-F.. dan aku di 2-E..”

“Ah,, Suho, kau tau aku juga tahu tentang korea…” celotehku sambil mengaduk float yang sekarang mulai menjadi buih di lautan berwarna orange ini.

“Oh ya..? apa kau pecinta Kpop..? hehe korean wave sedang menyebar dimana – mana jadi aku sudah tidak kaget banyak orang menaruh perhatian pada kami…”

Eiiyy…. Bukan…. apa kau tidak familiar dengan wajahku.?” Jawabku sambil memutar – mutar jari diudara depan wajahku mencoba melukis bentuk lingkaran, melingkarai wajahku. Suho terlihat fokus, tapi berujung dengan cengiran.

Ok Gagal Sun.
“Aku keturuan Korea Suho, ibuku orang Korea dan ayahku asli sini…” jawabku.

Eoh…??? benarkah..” Suho menghentikan aktifitasnya menyeruput cairan berbuih berwarna hijau dan menatap wajahku sekasama. Hey… dia menatapku dengan mata membulat ini…. sungguh membuatku salah tingkah.

Stop It Suho…!! Kau akan membuat wanita meleleh kalau diteruskan.” Jawabku sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

“Ahahaha,,, banyak yang berkata seperti itu padaku, aku…. terlalu tampan bukan? hahaha” Lagi.. dia tertawa yang menyisakan suara renyah… Owhhh Lemme bite you..!!  “Tapi Sun,, kau tidak terlihat seperti orang korea ehm… mungkin karena rambut blonde mu..” lanjutnya.

“Kau orang ke-14938192183 yang mengatakan itu hahah”

“Ahhahaha… kau ini…”

Jessica sering mengatakan aku memiliki sifat yang mudah untuk bertahan hidup. Jessica pernah berkata, andai aku terdampar di dalam hutan dia yakin aku akan baik – baik saja, kenapa? Karena dia yakin aku bisa berkomunikasi dengan apapun, mungkin batu juga bisa menjadi temanku dan mencarikanku makanan untuk menyambung hidup.

Jessica mungkin benar.

Buktinya, tidak butuh waktu berhari – hari, aku sudah begitu akrab dengan Suho. Dan lagi – lagi komentar Jessica, dia bilang aku dan Suho seperti teman lama yang baru bertemu lagi.

Hey tunggu apa benar dulu aku pernah bertemu dengannya?

“Suho apa kita dulu pernah bertemu??” tanyaku suatu hari.

Wae..??” dengannku dia sering berkominukasi dengan bahasa korea. Mengenal ibuku orang korea, dan tahu aku setengah keturunan korea, mungkin membuatnya nyaman untuk menggunakan bahasa ibu. Tapi semua kosakata yang dia gunakan hanya kata-kata sederhana yang sering aku dengar dari Mom. “Aku belum pernah bertemu perempuan bermulut rewel sepertimu sebelumnya, hahaha”

“Ugh…. Aku juga belum pernah bertemu lelaki narsis sepertimu sebelumnya..”

“Kenapa kau tiba – tiba bertanya seperti itu.” Aku suka ini.

Aku suka saat Suho mulai menaruh pembicaraan dalam Modeserius, saat kedua bola matanya tepat terpaku menatap wajahku. Dan saat itu aku akan memasang Mode cute dan bercerita panjang lebar.

“Jessica mengatakan rentang waktu aku akrab denganmu sungguh pendek. Terus dia bilang, aku dan kau seperti teman lama baru bertemu lagi. Aku hanya penasaran saja, apa benar kita teman lama…”

Kulihat Suho mengerjap matanya beberapa kali.
“Sun.. apa kau tidak pernah belajar tentang perumpamaan dan peribahasa di kelas sastra..?? Ya…!!!! Jessica sedang menggunakan perumpamaan… ”

Ttakk.

Dua kali. Untuk kedua kalinya Suho mendaratkan pensil kuning yang selalu dia bawa kemana – mana tepat di dahiku yang sialnya hari itu aku tidak memasang poni.

“Ya..!! KIM SUHO…!!”

“Aahahah” Suho menggelengkan kepalanya sambil terus tertawa. “Sun,, aku akan bersyukur bila tuhan menciptakan otakmu yangdouble bukan mulutmu… hahaha..”

“Hei… Sailmoon dan Bumi akan sepi jika aku seorang pendiam. Cukup mereka para ilmuan yang sibuk dengan otak ganda, dan biarkan aku berbahagia di ujung bumi ini…”

“Kau benar,,, Sunny adalah perempuan si penyebar Happy Virus..” Suho mengangkat tangannya dan perlahan mengacak rambutku. Heii..!! ini mungkin bukan acakan tapi sebuah elusan karena terasa lebih lembut diubun kepalaku.

kajja… kita masuk kelas..” dan entah untuk keberapa kali Suho menggenggam tanganku.
.
.
.
Kejadian Jessica yang membongkar habis tentang aku yang berpura – pura dengan ID palsu untuk chating dengan Lee, membuatku enggan untuk hanya bertemu dengannya. Sungguh, meski sudah lama berlalu, dan aku sudah menghapus akun chatingku itu tapi tetap saja aku masih terlalu MALU untuk bertemu Lee.

“Sun.. kau kenal murid 2-D yang bernama Lee..” tanya Suho tiba – tiba, saat kami sedang melahap ice cone disiang hari.

Aku menghentikan aktifitas menjilati ice cream berwarna putih itu, dan menatap Suho skeptis.

“Mengapa kau bertanya – tanya tentang dia..??” aku sungguh tidak sadar kalau aku menaikan intonasi suaraku dan menatap Suho menakutkan.

“Dari caramu menjawab dan ekspresi wajahmu, ” Suho mem-pausekegiatan dengan ice creamnya, menoleh dan menatapku. “Kau mengenalnya kan..??? dan sepetinya kau memiliki kenangan buruk dengannya,, hahah kenapa??”

Eiyy…. Bukan apa – apa . Jawab pertanyaanku untuk apa kau mencarinya??” tanyaku yang kembali memusatkan perhatian pada simanis putih didepanku. Oh man… ice cream ku mulai meleleh. “Eishh….” rutukku saat lelehan ice cream itu membasahi seragam bawahku.

Suho memberikan sehelai sapu tangan dari saku celannya, hei.. ini tahun 2013.. masih ada lelaki yang mengantongi saputangan? Dan Suho salah satunya.

“Untuk membalaskan atas perlakuannya padamu”
Uhuk…

Sekarang tidak hanya lelehan ice cream yang membasahi seragamku, tapi semua ice cream ku terjatuh dan itu diseragamku. Aku hanya bisa menatap seragamku yang naas, dan berbalik menatap Suho, yg bisa kupastikan kedua bola mataku pasti membulat sempurna.

“Ya… Ya.. KIM SUHO… apa yang akan kau lakukan, dan.. dan siapa yang memberitahumu tentang insiden itu, apa Jessica yang memberitahu tentang aku yang menyamar dengan ID palsu hanya untuk mendekati Lee,, apa dia mengatakan itu.. Demi tuhan SUHO hentikan niatmu aku mohon….”

Aku tidak tahu ekspresi apa yang aku keluarkan dan seberapa panjang aku bebicara, yang kusadari hanya Suho yang tengah terpaku menatapku dan saat aku berhenti berceloteh dia tertawa terbahak – bahak.

“AHAHAHAAA…. jadi.. jadi.. jadi…” Suho terlihat mengatur nafasnya.”Jadi kau membuat ID baru dan berpura – pura menjadi perempuan lain untuk mendekati Lee? Sampai akhirnya Jessica membocorkan semuanya…?? AAHAHAHA… Sun.. Sun…”

“Seperti itulah..” jawabku skeptis. “Jadi aku mohon jangan lakukan apapun..”

“Heii bodoh,, siapa yang akan berbuat macam – macam pada Lee..? eoh?? Aku pun baru tahu tadi tentang masalahmu dengannya… Sun, aku sarankan lain kali kau harus berhati-hati dengan mulutmu ok,, ahahaa…”

Ok. Aku memang bodoh.

“Jadi apa urusanmu dengan Lee..??”

“Uh.. uh… aku hanya ingin meminta surat peminjaman ruangan padanya, Mrs.Jade menyuruhku untuk meminta bantuannya..”

Ok. Ini dramatis. Ini memalukan lebih dari peristiwa pemalsuan ID, ini lebih bodoh dengan salah menggunakan dresscode pada pesta Prompt.

Entah apa yang menghancurkan moodku, saat itu perasaanku campur aduk antara malu, sedih dan merasa dipermainkan. Tapi yang bisa aku deskrpisikan aku MARAH. Tanpa komando apapun, aku berjingkat meinggalkan Suho yang masih mengkondisikan tawanya tanpa sepatah katapun.

“Sun… Sun.. kau marah…?? Sun..”

Suho terus meneriaku tapi I don’t care aku kira, sungguh keterlaluan candaan Suho tadi.
Mom pernah bilang padaku, Mood perempuan bagaikan api disebatang Lilin. Saat angin bertiup ke kiri, dia akan ikut ke kiri begitupun sebaliknya. Dan saat tidak ada angin kemudian kau mencoba menangkupkan tangan untuk melindungi api itu dari angin, Api itu akan menghangatkan tangan yang melindunginya. Tolong diingat, api di lilin tidak akan membakarmu, itu masuk akal karena kupikir indera perasa manusia lebih kuat dari pada serangan api dari sebuah lilin. Aku benar kan??

Insiden Suho dan candaanya menyisakan marah yang cukup lama. Awet sekali. Jessica sampai aneh, karena aku lebih memilih makan siang bersamanya saat Suho mengajak makan bersama. Disatu sisi, aku merasa lelah harus terus seperti ini. Ku akui memang ada rasa rindu untuk selalu bersama bocah itu.

Hufht.

Semua tidak belangsung terlalu lama –untungnya, saat tiba – tiba Suho menghentikan langkahku diperjalanan menuju kantin, as always. Heheh dan ku akui, Suho memang gigih.

“Sun, apa ini tidak berlebihan… ini sudah menginjak dua hari kau masih marah padaku..??”

“Karena candaanmu kemarin juga berlebihan, dan aku juga tidak marah padamu, tapi aku marah pada sikapmu tempo hari.. huh…”

“Baiklah,, baiklah,,, Aku Kim JoonMyeon mewakili Suho dan sifatnya tempo hari yang membuat Sunny marah,, bagaimana?? Apa harus aku merapalkan itu di lorong sekolah seperti insiden kaca pecah?”

Dan seperti itu.

Pada dasarnya, aku memang bukan seseorang yang terlalu lama menyimpan dendam. Kau bisa tanyakan pada Jessica. Satu tahun menghuni SailMoon tidak ada satu kasus permusuhan dalam kamusku. Termasuk kali ini, aku tidak ingin menoreh riwayat permusuhan dengan Suho. Terlebih lagi semua ini terjadi karena egoku. Ok Stop It.

“Kau sudah tahu tentang ini…” ditengah menikmati semangkuk Ice Cream siang itu, Suho memberiku secarik kertas berwarna kuning.

“Summer Night Festival..??” Tanyaku setelah membaca guratan tulisan berwarna orange dilembaran itu.

“Ehm.. acara pelepasan murid pertukaran….”

“Oh…” jawabku sambil melanjutkan melahap ice cream coklat dan meletakan lembaran itu. Sebelum aku tersadar dan menghentikan sendok ice cream dimulutku.

Tunggu apa Suho tadi mengatakan acara perpisahan? Perpisahan murid pertukaran? Hey.. bukankah Suho murid pertukaran.

Aku meletakan sendok ice cream kemangkuk dengan sangat dramatis sehingga meninggalkan suara ‘gelenting’ ditelinga. Aku menatap Suho dengan wajah antara meminta penjelasan dan sedih.

“Perpisahan…???” aku bahkan selama ini lupa status Suho sebagai murid pertukaran. Dan suatu saat semua ini akan terjadi, Suho kembali ke negara asalnya.

“Ehm…” Suho menyendok ice cream tanpa menatapku dia melahap dan melanjutkan kalimatnya. Apa dia juga kecewa? “Aku murid pertukaran dalam rangka Summer School. Dan musim panas akan segera berakhir Sun..”
“ahh.. ” aku bingung harus menanggai seperti apa. “Kapan kau pulang…” tanyaku, oh,… sunguh, sebelumnya aku tidak pernah merasakan hawa melankolis seperti ini.

“Hari senin aku kembali ke Korea Sun, besok terakhir aku sekolah disailmoon dan malamnya, kepala sekolah mengadakan acara perpisahan diaula. Ini alasan mengapa aku mencari Lee dua hari yang lalu…”

Hari senin dia kembali. Dan sekarang hari rabu. Hanya tinggal tersisa Empat hari Sun…
Aku mencintai Lee, tapi saat tahu Lee menjauhiku itu sama sekali tidak membuatku ingin menangis malah sebaliknya aku berusaha menghndarinya karena malu. Tapi tahu Suho akan meninggalkanku, Oh… aku akui saat ini aku ingin menangis. Bukan ingin, tapi aku memang menangis. Dia sudah teramat dekat denganku, Kim JoonMyeon.

“Tinggal empat hari…” ucapku yang diakhiri dengan isakan.

Suho yang sedari tadi hanya diam sambil menatap mangkuk ice cream didepannya, terdiam menatapku.

“Jangan menangis Sun… aku tidak membawa sapu tangan hari ini,” ucapnya miris.

“Aku lupa selama ini statusmu sebagai murid pertukaran,, aku lupa kalau suatu saat kau akan pergi.. hehhe” tahan Sun, tahan..

Suho meletakan sendoknya dan berjalan menuju tempat duduku. Ya.. dia duduk disampingku sekarang.

“Ini memang sadis Sun,, aku juga lupa bahwa kita akan berpisah kelak. Seharusnya-”

“Tidak – tidak… jangan katakan dari awal seharusnya kita jangan terlalu dekat, tidak ada yang harus diselali Suho..”

Aku masih berusaha mengendalikan emosiku, saat tangan hangat Suho menggengam tanganku erat. Dia memutar posisiku sampai akhirnya kami berhadapan.

“Aku tidak pernah menyesal bisa berteman dekat denganmu Sun, ini akan menjadi kenangan manis bagiku. Terimakasih untuk Selama ini Sun, kau meninggalkan sesuatu yang berharga..”

Grepp.

Dan berujung dengan Suho memeluku.
.
.
.
“Dan terimakasih untuk semua teman – teman Sailmoon yang sudah menerima kami dengan baik, selama kami disini Terimakasih.”

Lay mengakhiri sambutannya dan turun dari panggung kecil diaula. Seluruh murid memberikan tepuk tangan yang begitu riuh. Beberapa murid pria langsung berhambur memeluknya sebagai salam perpisahan.

Yah…
Masa pertukaran berakhir.

“Sun…” satu suara dari kerumunan murid lelaki itu mencuri mataku.

Suho dengan seragam SailMoon –Yaps acara malam ini semua murid diwajibkan menggunakan seragam- menghampiriku.

“Kau sudah mau pulang..??”

“Ehm… Jessica sudah mengajaku pulang…”

“Ehm,,, bagaimana kalau  kau suruh Jessica pulang sendiri, akan kuantar kau pulang kali ini..”

Are u serious…?

Yeps Madam,,, 

Dan malam itu Suho mengantarku pulang. Meski Jessica sempat bersungut saat aku menyuruhnya pulang terlebih dahulu, tapi ya.. dia mengerti.

Jarak SailMoon dengan rumahku tidak terlalu jauh Suho tahu itu. Karena itulah dia mengajaku hanya berjalan kaki.

“Ini sungguh sebuah perpisahan kah??” ucapku memecah kesepian.

“Pertanyaanmu seperti saat kau menanyakan apa kacanya pecah diinsiden saat itu, tentu saja Nona, kau bahkan hadir diacara pelepasan tadi.” Jawab Suho sambil memainkan tas ranselnya.

“Kau tau Suho, aku sangat sedih. Hari selanjutnya aku akan menghabiskan waktuku dengan Jessica lagi..”

“Aku tahu kau sedih, kau boleh menangis,,” ucapnya yang kubalas dengan gelengan kecil. “cobalah dekati lagi Lee, dia sebenarnya menaruh rasa padamu…”
Ok, kenapa tiba – tiba mengungkit Lee.???

“Perasaanku sudah basi untuknya,,, Eiyssskk…. Gomawo JoonMyeon-ah…” ucapku menghentikan langkah dan menatapnya.

“Wah,,,, kau berbahasa korea…” ucapnya sambil menyentil ujung hidungku yang mulai memerah, oh… udara dingin musim gugur mulai terasa.

“Aku belajar dari Mom,, kali saja, nanti aku ke Korea…”

“Apa kau ke Korea untuk menemuiku..??” tanyanya sambil terus melanjutkan jalan, tapi menoleh padaku.

“Mungkin, hehehe”

“Jangan Sun, akan lebih gentle aku yang menyusulmu kembali ke sini..” jawabnya.
Kali ini Suho melangkah memperpendek jaraknya denganku dan merangkul bahuku pelan. Oh… dan mengapa rumahku begitu dekat.? Tanpa terasa benteng batako merah itu sudah didepan mataku.

“Sekali lagi terimakasih Sun, untuk memori manis selama disini. Ingat, teruslah menjadi Sunny yang aku kenal…”

“hei.. kau fikir aku akan berubah menjadi murid pendiam saat kau pergi, bodoh…”

“Mungkin, hahaha… Sun… can you give me farewel hug…

And can you let me crying while hugging you…??

Kulihat Suho mengangguk, dia merentangkan kedua tangannya ini sebuah kode bukan. Dan selanjutnya aku terkubur dalam hangat dekapan tangannya, yang diikuti air mata yang mengalir tiada henti, bahkan kini memberikan efek suara. Aku tidak peduli.

Suho tidak banyak bicara, dia hanya membiarkanku memeluknya erat dan menangis. Dia hanya terus memelukku erat. Aku yakin, jika Suho perempuan dia juga sudha menangis.

Selama 10 menit semua berlangsung seperti itu. Sebelum Suho kembali bersuara.

“Sunny-ah” Suho berucap menggunkan bahasa korea..

“SoonKyu, Lee SunKyu. Itu nama korea untuku kata mom…

“Ok baiklah,,” jawab Suho dengan sedikit terkekeh, dia melepas pelukanku dan menangkup pipiku dengan kedua tangannya “SunKyu-ya… nan choahandageo… ” satu kalimat yang tidak aku mengerti. Sebelum akhirnya Suho kembali memeluku dan membisikan satu kata yang membuat bulu kuduku berdiri. “Geudaeyeo”

Dan akhirnya Suho pergi.

Dan hariku tanpa Suho dimulai.

“Murid pertukaran sudah kembali..” sapa Mom suatu sore saat dia kembali dari kamarku sambil menunjukan lembaran kertas kuning.

“Ah.. iya, kemarin mereka pulang.” Jawabku.

Pertanyaan Mom kembali mengingatkanku pada memori empat hari lalu. Saat aku menangis, saat Suho memeluku erat dan saat dia mengucapkan kalimat dan kata yang tidak aku mengerti, yang saat itu aku yakini sebagai kata – kata perpisahan. Tapi kali ini aku tergelitik untuk bertanya pada Mom.

Mom ada yang ingin kutanyakan..” ucapku.

“Ehm,, katakan..”

“Kemarin saat acara perpisahan, murid pertukaran itu mengucapkan salam perpisahan dalam bahasa korea. Aku penasaran apa arti kalimat itu.” Lanjutku.
“Apa yang dia katakan…” aku menautkan kedua alisku mencoba mengingat kembali kalimat yang diucapkan Suho, tapi aku benar – benar lupa.

“Ahh kalimatnya aku lupa, tapi ada kata ‘nan’ ‘choa’ dan entahlah…”

“Itu merujuk ungkapan suka…”

Ah.. masuk akal untuk kata perpisahan. Suho mungkin menyukai selama tinggal disini.

“Satu lagi Mom, dia mengucapkan kata ‘Gedaeyeo’ ” lanjutku.

“Siapa yang mengatakan itu..?”

“Temanku…”

“Itu merupakan panggilan, untuk orang yang kau sayangi. Tapi kata ini memiliki arti mendalam, berarti orang yang dia panggil dengan kata ini sangat berarti bagi dirinya, biasanya ini digunakan untuk pasangan orang yang sudah sangat saling mencintai, jarang orang Korea menggunakan kalimat ini karena terdengar terlalu ehm…. suci… bisa berarti juga ungkapan rasa cinta secara tidak langsung.”

Dan saat itu aku ingin menangis.

END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar